Nyarang Ujan, Ritual Penangkal Hujan Masyarakat Sasak

Nyarang Ujan, Ritual Penangkal Hujan Masyarakat Sasak - GenPI.co NTB
Suparman saat menjalankan ritual Nyarang Ujan. Ia menutup satu siung Jahe menggunakan gelas.(febri/GenPi.co)

GenPI.co Ntb - Saat ini di Indonesia memasuki musim hujan. Saban hari air tumpah dari langit. Yang memiliki acara kerap pusing tujuh keliling. Di sinilah kemudian muncul Pawang Hujan. Seseorang yang mampu menahan, atau mengalihkan titik hujan.

Suparman salah satu yang memiliki keahlian Nyarang Ujan. Ia mengklaim nol kegagalan. Tentu hal itu diakuinya tak sepenuhnya karena kemampuannya.

“Semua tentu berkat seizin Allah. Tiang (saya) hanya menjalankan ritualnya. Semua kembali kepada Sang Kuasa,” katanya, Minggu (5/12).

BACA JUGA:  Wabup KLU Bangga Pemuda Ikut Jaga Budaya

Dikatakan, keberhasilan dalam menjalankan ritual Nyarang Ujan, tak lepas juga dari seberapa jauh kemampuan dan pengetahuan. Jam terbang juga disebutnya sangat berpengaruh pada pencapaian tujuan yang ingin diraih pada ritual ini.

“Banyak hal yang harus diperhatikan. Di antaranya jenis ritual level mana yang harus diterapkan dengan memperhatikan faktor rentang waktu pelaksanaan ritual,” bebernya.

BACA JUGA:  Tari Rudat, Kesenian Lombok yang Hampir Punah

Jika dalam pertengahan musim penghujan seperti sekarang, sambung Suparman, harus menggunakan ritual dengan level agak keras. Beda dengan saat musim hujan masih ringan, biasanya medianya cukup dengan telur kampung.

Namun, saat musim hujan lebat seperti sekarang, medianya harus lebih pedas. “Biasanya saya gunakan jahe," paparnya.

Seluruh tahapan ritual Nyarang Ujan dijalankannya, tak lebih dari sepuluh menit. Pada bagian akhir ritual, seluruh syarat dan bahan diamankan. Tak boleh diganggu siapa pun. Terutama satu siung jahe yang ditutup rapat dengan sebuah gelas kaca.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Selanjutnya