Ritual Ngayu Ayu, Cara Warga Sembalun Bersyukur

29 November 2021 12:00

GenPI.co Ntb - Desa Sembalun Bumbung terletak di kaki Gunung Rinjani merupakan salah satu kawasan andalan dari Geopark Rinjani Lombok.

Desa ini sudah lama dikenal memiliki kekayaan alam berupa gunung dan bukit yang mempesona.

Di era 80-an, Sembalun dikenal luas sebagai penghasil bawang putih nomor satu di negeri ini.

BACA JUGA:  Ritual Nunas Neda, Cara Petani Kesik Mohon Kesuburan

Lantaran kesuburan alamnya, beraneka kekayaan hasil pertanian seperti strawberry, kentang, paprika dapat ditemui di Sembalun.

Selain kekayaan alam, Sembalun juga banyak memiliki budaya mulai dari keberadaan Desa Beleq (besar).

BACA JUGA:  Perang Topat Simbol Rasa Syukur dan Keberagaman Warga Lombok

Desa Beleq merupakan desa pertama yang didirikan oleh leluhur masyarakat Sembalun dan kini menjadi desa adat.

Selain itu, bagi yang menyukai wisata budaya, Sembalun memiliki atraksi budaya unik bernama Upacara Adat Ngayu-Ayu.

BACA JUGA:  Seni Pepaosan Simbol Keberagaman di Lombok Barat

Ritual adat ini digelar tiga tahun sekali. Ritual adat ini sebagai peringatan atas seluruh rangkaian kejadian masa lalu.

Ritual ini berupa pengambilan air suci dari sejumlah mata air.

Ngayu-Ayu merupakan ritual peninggalan leluhur, yang mencerminkan rasa syukur terhadap anugerah Yang Maha Kuasa.

Ritual ini digelar di berugak desa di Sembalun Bumbung. Ritualnya memberangkatkan air hanya dari berugak desa menuju berugak Reban Bande.

Ngayu-Ayu juga, merupakan bentuk rasa syukur karena terhindar dari bencana dan penyakit, yang konon di zaman dahulu sering dialami masyarakat setempat.

Selain itu, ritual Ngayu-Ayu merupakan bentuk syukur atas tumbuh suburnya padi merah (pade abang) dimana tipikal tanaman ini tidak tumbuh di sembarang tempat.

Prosesi ritual Ngayu Ayu berlangsung selama dua hari. Di hari pertama, pengumpulan air dari tujuh sumber mata air yang mengalir dan dimanfaatkan Masyarakat Sembalun.

Air didiamkan selama satu malam di rumah ketua adat. Keesokan harinya, dikumpulkan menjadi satu di makam yang terletak di sebelah barat lapangan Sembalun Bumbung.

Tujuan dari pengumpulan air dari tujuh sumber mata air ini, merupakan simbol atas rasa syukur masyarakat Sembalun atas berlimpahnya hasil bumi di tanah Sembalun.

Hari kedua, dimulai dengan acara penyembelihan kerbau yang dilakukan oleh ketua adat.

Selanjutnya kepala kerbau ditanam sebagai pasak bumi (pengaman) Desa Sembalun dari bala bencana.

Dagingnya kerbau dimasak ibu-ibu untuk disajikan dan disantap bersama-sama yang dalam istilah Bahasa Sasaknya adalag “Begibung”.

Setelah itu, digelar Ritual Mafakin dimana ritual ini para ketua adat membacakan bacaan selama prosesi penurunan bibit padi merah dari lembang sampai proses penyemaian.

Setelah prosesi di atas, masyarakat mengitari makam adat sebanyak sembilan kali putaran.

Masing-masing ketua adat atau yang diwakilkan oleh anaknya, menggendong air dari tujuh sumber mata airsebelum dikumpulkan menjadi satu di dalam makam.

Ritual adat Ngayu-Ayu berasal dari kata Ng=Ngumpulkan, A=Aik (13 Mata Air), Y=Yalah, U=Upacara, A=Adat Y=Yang U=Utama/pertama.

Jadi Ngayu-Ayu berarti mengumpulkan 13 mata air adalah upacara adat yang utama atau pertama.(*/berbagai sumber)

Redaktur: Zainal Abidin

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co NTB