Dana tersebut digunakan untuk simpan pinjam anggota jika memerlukan dana untuk membuat kue.
Seiring berjalannya waktu, anggota komunitas terus bertambah, yakni dari 10 orang menjadi 15 orang.
Setiap anggota diarahkan memiliki simpanan pokok Rp 50 ribu dan simpanan sukarela disesuaikan dengan kemampuan anggota, sedangkan simpanan wajibnya Rp 10 ribu per bulan.
BACA JUGA: Begini Upaya BRI Lindungi Data Nasabah dari Kejahatan Perbankan
“Saat pertama kali berdiri komunitasnya kesulitan dalam pendanaan. Tapi setelah semua perusahaan swasta, BUMN, pemerintah, akademisi mengenal kampung kue, akses permodalan pun menjadi lebih mudah termasuk dengan BRI,” ujarnya.
Untuk omzet sendiri, sebelum pandemi perputaran uang per hari dalam komunitas Kampung Kue mampu mencapai Rp 20 juta per hari.
BACA JUGA: BRI Dorong UMKM Naik Kelas, Begini Langkahnya
Namun, ketika pandemi hanya 10 persennya. Sekitar Juli 2021, ekonomi semakin membaik. Akhirnya pada 2022 Kampung Kue bisa bangkit kembali.
Mahpuduah menjelaskan penghasilan setiap anggota berbeda-beda karena pengelolaannya diserahkan ke masing-masing individu.
BACA JUGA: Dirut BRI Sunarso Dinobatkan sebagai Business Person of The Year
Namun, dengan banyaknya jumlah anggota dan karakter bisnisnya ibu-ibu itu berbeda-beda, ada yang mempekerjakan karyawan.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News
