GenPI.co Ntb - Mengenai pelarangan joki cilik, hingga kini terus menggelinding. Salah satu yang dibahas adalah terkait dengan keselamatan.
Ketua Pengembangan Pacuan Kuda NTB Asdin mengatakan, adanya kritik atas joki cilik yang ramai diperbincangkan patut didengar.
Meski begitu, perlu diperhatikan juga kondisi kuda di NTB ini.
Ditekankan bahwa joki cilik tidak masalah digunakan namun harus memperhatikan keamanan.
"Kami juga sudah membahas ini dengan Ketua Pordasi NTB. Untuk joki cilik ini kami batasi minimal usia 8 tahun. Kalaupun harus dipaksa menggunakan joki dewasa seperti tidak mungkin karena tidak sesuai dengan bobot kuda," katanya.
"Harusnya yang disorot itu anak-anak yang mengemis. Kalau joki cilik ini mereka hobi dan rerata mereka yang menjadi joki sudah memiliki bakat dari keturunan," sambungnya.
Disampaikan juga bahwa jumlah joki cilik di NTB ini hanya beberapa saja, kurang dari 40 orang dan itu-itu saja yang digunakan.
"Dalam satu kali lomba mereka kami batasi menunggangi kuda sampai 5 kali," kata dia.
Sebelumnya, Ketua Komisi Pacuan Kuda NTB Muliono mengaku tidak menutup diri terhadap kritik yamg dilayangkan.
Namun, harus dipahami juga seluk beluk pacuan kuda yang sudah turun temurun diadakan oleh nenek moyang di NTB ini.
Menurutnya, kalaupun harus mengkritisi maka sebaiknya disertai solusi yang jelas. Mengingat, kuda di NTB tergolong kecil-kecil dan mustahil baginya harus menggunakan joki besar.
Dikatakan, jika joki dewasa digunakan menunggangi kuda kecil maka tentu tidak akan sesuai.
"Jika harus dipaksakan untuk tidak menggunakan joki kecil sama saja artinya tidak memperbolehkan pacuan kuda di NTB," ujarnya.(*)