Ini Alasan Yan Mangandar Putra Laporkan Pacuan Kuda ke Polda NTB

14 Juli 2022 06:00

GenPI.co Ntb - Ketua Koalisi Stop Joki Anak NTB, Yan Magandar Putra diperiksa Penyidik Subdit IV Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (UPPA) Ditreskrimsus Polda NTB, Selasa (12/7), terkait pelaporan dugaan eksploitasi anak di pacuan kuda pada side event Motor Cross Grand Prix (MXGP) Samota Sumbawa pada 19 Juni 2022.

Yan mengaku dipanggil Polda NTB usai melaporkan Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah NTB, Ari Garmono pada 24 Juni 2022, terkait adanya arena perjudian dan eksploitasi anak di arena pacuan kuda di Kabupaten Sumbawa, NTB.

"Saya dicecar 24 pertanyaan terkait nama penyelenggara, waktu, tempat dan bagaimana dugaan tindak pidana eksploitasi anak dan lain-lain," katanya.

BACA JUGA:  Tradisi Pacuan Kuda dengan Joki Cilik di Desa Penyaring

Ketua Panitia Pacuan Kuda Kerato Angin Laut, Ahmad mengatakan, pihaknya menyayangkan adanya laporan tersebut. Apalagi konteks yang dilaporkan berkaitan dengan tradisi budaya masyarakat di Pulau Sumbawa.

"Saya sangat menyayangkan Polda NTB terlalu terburu-buru untuk menaikkan kasus tersebut ke penyelidikan. Seharusnya turun dulu," ujarnya.

BACA JUGA:  Ketua BPPD NTB : Joki Cilik di Pacuan Kuda Bukan Eksploitasi Anak

Ahmad menilai, laporan tersebut terkesan mengkriminalisasi tradisi budaya. Selain itu, dia juga menyayangkan langkah Polda NTB yang terkesan terburu-buru menerima laporan dan melakukan penyelidikan.

"Kalau bicara budaya, berhadapan dengan banyak orang. Bukan seribu dua ribu orang, tapi ratusan ribu orang," ucap Ahmad.

BACA JUGA:  Soal Jatah Preman, Lidik NTB : Gubernur NTB Jangan Sebar Hoaks

Ahmad yang menjadi Ketua Panitia Pacuan Kuda pra MXGP Indonesia di Samota menegaskan, pacuan kuda merupakan tradisi turun temurun. Penggunaan joki anak juga dilakukan dengan aspek budaya.

"Budaya punya dokumentasi sejak dulu. Kearifan lokal bukan hanya di Dompu, Bima. Di Sumbawa dan Lombok juga ada," ujarnya.

"Kalau saya cenderung sayangkan pihak kepolisian. Seharusnya turun ke lapangan cari tahu laporan ini layak atau tidak (ditangani)," sambung dia.

Ditambahkan, joki cilik punya bakat dari nenek moyang. Tidak semua anak bisa jadi joki. Anak-anak yang menjadi joki pacuan kuda, pasti punya gen turun temurun dan sudah terlatih sejak turunan.

Hal ini juga jauh dari unsur eksploitasi, bahkan menjadi kebanggaan bagi para joki sendiri.

"Kalau anak yang tidak punya bakat, meskipun disewa tidak mau. Kalau anak yang punya bakat, tidak mau dilarang. Dia sudah menyatu sebagai hobi," tegasnya.(*)

 

Redaktur: Febrian Putra

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co NTB