Pertama, pengaksama, adegan pembuka yang berisi permintaan maaf kepada penonton apabila dalam membawakan lakon terjadi kesalahan dari sang dalang dan pengiringnya.
Kabar, adegan kedua yang mengisahkan tentang pra penciptaan semesta raya dan hanya ada Sang Pencipta.
Ketiga, ucapan, pemaparan lakon yang dimainkan.
BACA JUGA: Begini Sejarah Wayang Sasak di Lombok
Lelampan atau jalannya cerita dan bejanggeran atau penutup.
Pergelaran wayang Sasak awalnya menggunakan bahasa Kawi sehingga penontonnya mayoritas hanya para sepuh yang memahaminya.
BACA JUGA: Ini Tokoh yang Ada di Wayang Sasak
Untuk menumbuhkan minat anak muda menonton wayang Sasak yang sudah meredup, banyak terobosan dibuat para dalang agar pergelarannya tidak membosankan.
Bahasa pengantarnya kemudian dicampur dengan bahasa Sasak dan bahasa Indonesia, bahkan seringkali muncul dialog antar wayang dalam bahasa Bali, Sunda, atau Jawa.
BACA JUGA: Festival Budaya Bima Cara Mencintai Budaya Daerah
Lakonnya tidak lagi sebatas pakem Serat Menak, tetapi juga carangan atau rekaan yang bersumber dari karya pujangga Sasak masa lalu.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News