GenPI.co Ntb - Di akhir pekan atau bulan-bulan khusus di Pulau Lombok Gen People akan sering menjumpai jalan ramai.
Puluhan bahkan ratusna orang berjajar begitu panjang.
Mereka menggunakan pakaian adat. Ada dua kelompok yang membawa payung. Menaungi seorang lelaki dan perempuan.
Ya, ini adalah tradisi Nyongkolan. Upacara wajib dalam pernikahan Suku Sasak.
Nyongkolan adalah puncak dari tahapan ritual pernikahan adat Sasak.
Dua kelompok yang membawa payung tadi adalah iringan mempelai perempuan dan laki-laki.
Pasangan pengantin layaknya seorang raja dan ratu menuju kediaman mempelai wanita.
Rombongan Nyongkolan terdiri dari keluarga dan kerabat mempelai pria.
Jika jarak antara rumah pengantin laki-laki cukup dekat, titik awal Nyongkolan akan dimulai dari kediaman mempelai pria.
Bila jaraknya jauh, rombongan akan diangkut menggunakan kendaraan dan memulai iring-iringan rombongan Nyongkolan dari perbatasan desa mempelai wanita.
Nyongkolan sendiri semacam pengumuman kepada masyarakat setempat bahwa seorang gadis asal desa tersebut telah resmi dipersunting.
Hal ini sangat penting dikarenakan seluruh prosesi pernikahan dilaksanakan di kediaman mempelai laki-laki.
Jika tidak, mempelai pria akan berjalan dengan didampingi dua orang pemuda dan dua orang gadis mendampingi mempelai wanita.
Hadir pula pemuka agama, tokoh masyarakat, beserta kerabat dan sanak saudara mempelai pria turut mengiringi dengan balutan pakaian adat.
Rombongan juga akan diiringi oleh grup musik tradisional Gendang Beleq, Cilokak atau Kelentang.(*)