GenPI.co Ntb - Kesenian tradisional Kebangru'an, mungkin sudah tak asing di telinga sebagian masyarakat di Pulau Lombok.
Bagi yang mengetahui, kesenian ini adalah hal yang sakral sehingga tak sembarang orang mempertunjukkannya.
Kata Kebangruan, berasal dari kata dasar "Bangr'u" dalam Bahasa Sasak artinya kesurupan roh leluhur.
Sebelum menjadi seni pertunjukan, dahulunya kesenian ini ditampilkan di tempat tersembunyi.
Dalam kesenian ini, roh halus diundang masuk raga penari dengan ditemani seni musik kebangruan.
Penari yang telah dimasuki roh halus, mengikuti irama dari alunan musik yang dimainkan.
Lama pertunjukkan ini, tergantung dari keinginan roh halus yang merasuki tubuh penari.
Terkadang, musik kebangruan juga terkadang digunakan untuk menyembuhkan orang yang kesurupan.
Aura mistis, dalam pertunjukkan ini memang sangat kental dan juga dianggap horor.
Namun saat ini, kesenian ini telah berubah menjadi seni pertunjukan sehingga bisa ditonton siapapun.
"Sebelum kita angkat tidak ada yang berani, sangat sakral," kata Mamik Rihin, generasi ketiga kesenian ini.
Dirinya, awal-awal mendapatkan perlawanan dari para orang tua karena mengundang roh halus agar orang kesurupan.
Namun setelah diberikan penjelasan, akhirnya para oranh tua memahami.
"Yang dipertunjukkan saat ini, adalah rekonstruksi dari kebangruan," katanya.
Selain itu, kesenian kebangruan juga digunakan sebagai ajang silaturahmi, sarana bersyiar untuk kebaikan.
Saat ini, setiap permainan alat musik yang ditampilkan dihela zikir di dalam hati pemainnya.
"Jadi saat ini, permainannya dilakukan dalam keadaan sadar atau eling," katanya.
Alat musik yang ditampilkan dalam pertunjukan berupa gendang, jidur, penteng sejenis mandolin.
Kemudian ada biola, gambus, suling, rencak dan gong dan satu penari.
Gendingnya ada 12 yakni Cempaka Putih, Cempaka Kuning, Setonda, Layang-Layang, Suela, Masnigar dan Asmarandana.(Antara)