GenPI.co Ntb - Malean Sampi atau mengejar sapi merupakan salah satu tradisi budaya unik masyarakat suku Sasak atau Lombok.
Tradisi ini berbeda dengan karapan sapi di Madura yang bertujuan untuk lomba.
Secara turun temurun, tradisi budaya ini juga menjadi wujud rasa syukur para petani yang sudah selesai melaksanakan panen dan menyambut musim tanam berikutnya.
Ditengah kegembiraan petani dengan hasil produksi pertanian itulah, petani memilih jeda untuk menggelar Malean Sampi yang dilaksanakan di area persawahan berlumpur.
Kegiatan itu juga sebagai wadah bagi petani peternak untuk rekreasi, menghibur diri dan menjalin hubungan silaturrahmi sesama petani peternak agar lebih kuat.
Sapi yang akan dilombakan terlebih dahulu dikemas atau dihias dan dipercantik dengan sebaik-baiknya agar menarik perhatian penonton.
Hiasan tersebut bisa berupa bendera, stiker atau umbul-umbul kecil dan piranti pelengkap lainnya indah dan elok dipandang mata.
Sapi yang dikonteskan dalam ajang Malean Sampi biasanya dipilih atau diambilkan dari yang pejantan yang tanduknya sudah kelihatan keras dan sudah dibante (disuntik).
Sapi yang dikonteskan tersebut disandingkan jadi satu pasar dan ditunggangi oleh joki yang tangguh dan berpengalaman.
Secara perlahan satu demi satu pasangan sapi ini dikonteskan dengan berlari melewati jalur lurus yang sudah disiapkan dilahan berlumpur.
Namun dalam Malean Sampi ini tidak dikenal istilah menang dan kalah. Namun sapi yang larinya bagus, tak berbelok, maka praktis sapi dimaksud akan menjadi incaran para saudagar sapi untuk dibeli dengan harga tinggi, mencapai Rp. 35.000.000.(*)