GenPI.co Ntb - Di Pulau Lombok terdapat tradisi pernikahan yang cukup unik dalam pelaksanaan adat perkawinan suku Sasak.
Dalam perkawinan adat bangsawan sangat erat dengan dominasi budaya patriarkhi dan bias jender.
Ketika perempuan bangsawan Sasak menikah dengan masyarakat biasa yang diluar dari stratanya akan mendapatkan resistensi yang kuat dari komunitasnya.
Bahkan, dia akan dibuang dari keluarganya (teketeh) dan gelar kebangsawanannya pun akan hilang.
Hal ini berbeda secara diametral dengan bangsawan laki-laki yang boleh menikahi perempuan dengan strata apa saja.
Ketimpangan yang disebabkan oleh budaya patriarkhi yang kuat sering menimbulkan konflik laten yang mengakibatkan disharmoni sosial.
Konflik laten yang berdampak pada disharmonisasi sosial dipicu oleh fragmentasi kepentingan yang diwarnai oleh sikap-sikap diskriminatis, stereotip, perlakuan tindak kekerasan, dan marjinalisasi terhadap salah satu jenis
kelamin.
Kisi-kisi ketidakadilan dalam sistem pernikahan hampir terjadi di semua dimensi kehidupan. Baik dalam pembagian ahli waris, maupun harta gono-gini.
Seiring perkembangan zaman, fenomena membuang anak perempuan dari keluarga bangsawan mulai jarang terjadi.
Meski, masih ada dibeberapa wilayah yang masih memegang teguh prinsip dan gelar kebangsawanannya.(*)