GenPI.co Ntb - Direktur Lembaga Kajian Sosial dan Politik Mi6 Bambang Mei Finarwanto mengatakan, kisah-kisah yang menyelimuti pepadu peresean perlu dirawat. Seperti kisah Selaq Marong, menurutnya itu dapat menjadi magnet tersendiri.
Tradisi Peresean merupakan pertarungan antara dua lelaki bersenjata rotan atau disebut penjalin, dengan menggunakan perisai sebagai tameng berlindung dari pukulan rotan lawan.
Tameng tersebut disebut ende dan terbuat dari kulit kerbau yang keras.
Dahulu, Peresean sebagai ekspresi kebahagiaan prajurit saat menang perang. Itu juga berfungsi melatih ketangkasan prajurit. Kemudian tradisi tersebut difungsikan sebagai upacara adat meminta hujan. Namun kini, Peresean menjadi kesenian tradisional Sasak untuk menghibur wisatawan.
Saat ini, pepadu yang tersohor dengan kepiawaiannya dalam Peresean adalah Selaq Marong. Seorang pria berkumis yang sering menari ketika serangannya mengenai musuh. Dia adalah pria berasal dari Semoyang Lombok Tengah dengan nama asli Suminggah
Pria yang akrab disapa Didu ini mengatakan, sosok Selaq Marong menjadi legenda di masyarakat Lombok. Banyak masyarakat Lombok sangat familiar dengan nama Selaq Marong.
"Jadi kalau kita bertanya ke masyarakat, siapa Selaq Marong ya pasti dijawab pepadu Peresean. Karena namanya sudah familiar," katanya.
Dia menjelaskan, pepadu Peresean saat berlaga tidak hanya untuk mencari hadiah berupa uang, tapi menjadi simbol kehormatannya laki-laki Sasak, dan juga untuk merawat tradisi.
"Mereka bertanding tidak hanya untuk mendapatkan bonus atau hadiah. Tapi sebagai bentuk kehormatan seorang pria Sasak, sekaligus untuk merawat tradisi," katanya.
Lombok memiliki beragam destinasi wisata dan juga memiliki banyak budaya dan tradisi.
Budaya dan tradisi tersebut menjadi atraksi pariwisata yang menjadi magnet menarik minat wisatawan berkunjung ke Lombok.(*)