Joki Kuda Cilik, Bunda Niken Minta Orang Tua Tak Berikan Izin

27 Mei 2022 06:00

GenPI.co Ntb - Salah satu balapan yang menjadi tradisi di Pulau Sumbawa adalah balapan kuda. Balapan ini kerap menggunakan anak kecil sebagai joki.

Dalam beberapa balapan, ada joki cilik yang terjatuh. Bahkan, ada yang meninggal setelah terjatuh dari kuda.

Ketua TP PKK Provinsi NTB  Niken Saptarini Widiyawati Zulkieflimansyah mengajak orang tua joki cilik di Bima, untuk membatasi buah hatinya menjadi joki. Diharapkan, para orang tua tak memberikan izin.

BACA JUGA:  Dua Minggu Sebelum Balapan, Pengerjaan Sirkuit MXGP Tuntas

"Orang tua harus bergerak hatinya, untuk membatasi anak yang masih dibawah umur 10 misalnya untuk tidak menjadi joki,"katanya dilansir dari situs resmi Pemprov NTB.

Dijelaskan, para orang tua harus memberikan edukasi dan pemahaman kepada keluarga baik anak maupun bapak sebagai kepala rumah tangga, agar mengutamakan pendidikan bagi masa depan anaknya 

BACA JUGA:  Sirkuit Pacuan Kuda Internasional Bakal Dibangun di Dompu

"Karena informasinya, saat lomba pacuan kuda, joki cilik ini tidak masuk sekolah,"sebut istri Gubernur NTB ini.

Persoalan lain yang dihadapi joki cilik saat pacuan adalah resiko kemungkinan  terjadi kecelakaan. Termasuk bila ada transaksi taruhan, menurut para ahli merupakan bentuk eksploitasi terhadap anak. 

BACA JUGA:  Jaran Kamput, Kuda-kudaan Saat Pernikahan dan Sunatan

Hal lain juga yang harus diperhatikan adalah  ada 10 hak anak yang harus dijamin oleh semua pihak.  Salah satunya adalah pendidikan dan kesehatan.

Diakuinya Joki cilik adalah masalah kompleks yang terjadi di NTB. Namun menurutnya harus ada perlindungan khusus terhadap anak sebagai joki cilik.

"Walaupun Pacuan kuda sebagai tradisi dan budaya di Bima,"sebutnya.

Sedangkan Ketua TP PKK Kabupaten Bima Rostiati Dahlan mengaku,  khawatir keberadaan joki cilik ini. 

Menurutnya ada 3 hal yang harus diperhatikan mengenai persoalan joki cilik ini. Pertama terkait ekonomi, kedua pendidikan dan ketiga terkait hobi.

Kondisi ekonomi memaksa anak-anak ini menjadi joki cilik. Tergiur dengan bayaran yang hanya sedikit dibanding keselamatannya.

Begitupun persoalan pendidikan, menjadi terbengkalai akibat anak tidak masuk sekolah. Tidak hanya itu, hobi turun temurun jadi faktor seorang anak berani menjadi joki.

"Disinilah peran orang tua untuk melarang anaknya menjadi joki karena masih terlalu kecil,"kata istri Wabup Bima ini.(*)

Redaktur: Febrian Putra

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co NTB