Prosesi Boteng Tunggul, Terjaga Hingga 8 Abad

28 Desember 2021 01:00

GenPI.co Ntb - Dari Website Pemprov NTB diketahui, Boteng Tunggul adalah sebuah tradisi sakral yang biasa  digelar oleh masyarakat desa Pringgasela Kabupaten Lombok Timur NTB mengiringi upacara adat Gawe Desa. 

Boteng sendiri berarti berdiri dan Tunggul adalah kain tenun  yang dibuat pertama kali oleh tokoh tenun setempat yaitu Lebai Nursini.

Kini tunggul tersebut telah berumur ± 850 tahun, yang berarti sudah berada di tangan generasi pewaris ke - 17.

BACA JUGA:  Tari Kanja, Seni Beladiri yang Diperhalus

Tradisi ini sebagai cermin sejarah perjalanan tenun Pringgasela.

Dalam Prosesi adat  Boteng Tunggul adalah kain tenun (Tunggul) yang diikatkan pada sebuah pohon bambu petung, sehingga tampak seperti umbul-umbul.

BACA JUGA:  Karaci, Seni Adu Keberanian Tana Samawa

Kain tunggul itu dipercaya memiliki nilai kesakralan tinggi, sehingga ada syarat-syarat khusus yang harus dipenuhi ketika akan mengibarkan dalam suatu kegiatan adat gawe desa.

Demikian juga Bambu Petung sebagai Tiang Tunggul.

BACA JUGA:  Top, Sabtu Budaya Diapresiasi Kemendibudristek

Selain harus diambil utuh mulai dari bagian akar sampai ujungnya, juga orang yang mengikatkan kain itu hanyalah oleh pewaris tradisi, diiringi dengan seni tradisional sasak yaitu Gendang Belek dan kesenian Rantok. 

Masyarakat Pringgasela menganggap Tunggul ini adalah tenun Pringgasela dimana mereka sadar bahwa mereka dilahirkan dengan tenun.

Sehingga harus dijaga sampai kapanpun. 

Tunggul ini juga sering digunakan sebagai media pengobatan dengan memanjatkan doa dan salawat.

Tunggul terakhir kali dikibarkan pada tahun 1979 silam, ketika pewaris dari kain ini menikah.

Sejak saat itu, masyarakat sudah tidak pernah melihat tunggul dikibarkan.(*)

 

Redaktur: Febrian Putra

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co NTB