GenPI.co Ntb - Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah (Loteng) menggelar karnaval dalam rangka menyambut festival Bau Nyale dan melestarikan budaya sasak.
Karnaval Bau Nyale ini juga dianggap sebagai bentuk membumikan legenda Putri Mandalika yang konon ceritanya merupakan jelmaan dari Nyale atau cacing laut.
Bupati Lombok Tengah Lalu Pathul Bahri mengatakan, Putri Mandalika telah mengajarkan masyarakat untuk berbuat adil.
Dalam cerita yang berkembang, Putri Mandalika merupakan gadis yang cantik jelita dan diperebutkan oleh anak para raja yang gagah perkasa.
Namun, sang Putri Mandalika tidak bisa memilih salah satunya lantaran tak ingin terjadi pertumpahan darah.
Sehingga, Putri Mandalika memutuskan untuk menceburkan dirinya ke laut supaya bisa dirasakan oleh masyarakat secara umum.
"Biasanya, Nyale keluar setiap tanggal 20 bulan 10 penanggalan sasak," kata Pathul, kepada GenPi.co NTB Jumat (18/2).
Menurutnya, Bau Nyale ini akan memberikan corak di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika dan Sirkuit Mandalika karena telah masuk dalam kalender pariwisata nasional.
Bupati meminta semua pihak untuk terus ikhtiar mengedepankan budaya sasak.
Karnaval Bau Nyale ini merupakan salah satu bentuk jati diri Lombok Tengah yang harus dilestarikan.
"Acara ini juga bisa menjadi daya tarik dalam meningkatkan kunjungan wisatawan di Lombok Tengah," ujarnya.
Pathul mengaku, perayaan puncak Bau Nyale tahun ini masih dalam suasana pandemi Covid-19, sehingga dilaksanakan di beberapa titik untuk mengurangi kerumunan.
Pihaknya juga memastikan rencana untuk mendatangkan artis ibu kota ditiadakan atas berbagai pertimbangan.
"Malam puncak itu akan diisi dengan hiburan seni dan budaya lokal," ucapnya.(*)