Cara tersebut tetap dilestarikan masyarakat setempat.
Setiap kembuli diarak dengan dipikul, tidak boleh didorong ataupun diletakkan diatas kendaraan.
Menurut sejarah, Kembuli berasal dari dua kosa kata, yaitu "Kembul" dan "Li".
Kembul berarti berkumpul bersama-sama sedangkan Li berarti kembali.
Jadi filosofi Kembuli, adalah warga bisa berkumpul kembali setelah lama tidak berkumpul.
Tradisi ini digelar, sebagai wujud kegembiraan warga karena bisa berkumpul kembali.
Usai diarak, seluruh isi Kembuli dibawa ke masjid untuk disantap beramai-ramai oleh warga.
Sedangkan lembaran uang kertas dijadikan sebagai sumbangan pembangunan masjid. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News