Saat ini pun madu Flora Aek Nauli pasarnya kian luas. Pemasaran secara digital sudah dilakukan Sabariah. Kendati demikian Sabariah mengakui bahwa produk madu yang dia pasarkan masih di sekitar Pematang Siantar.
Sebab, dia dan suami hanya memasarkan produk madu hasil peternakan sendiri dan dari binaan sang suami.
Peternakannya bisa memproduksi 500 kg madu per bulan. Sedangkan pasokan dari peternakan binaan Aam bisa mencapai 300 kg hingga 500 kg per bulan.
BACA JUGA: Cetak Laba Rp15,56 Triliun dalam 3 Bulan, Saham BBRI Langsung Terbang
“Kalau kita paceklik di sini, kebutuhan bisa dipenuhi oleh peternak binaan. Sehingga pasokannya insyaAllah tidak pernah kosong,” ujarnya.
Untuk pengembangan usaha ke depan, Sabariah berharap BRI melakukan pemberdayaan secara berkesinambungan, terutama terkait pemasaran dan promosi.
BACA JUGA: Premi Mulai Rp 5 Ribuan, BRI Group Tawarkan Asuransi untuk Pemudik, Praktis Lewat BRImo
Dia pun memiliki mimpi, kelak ketika usahanya terus berkembang bisa membuat tujuan wisata edukasi di sekitar kediamannya.
Terkait dengan pemberdayaan UMKM, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengungkapkan bahwa peningkatan kapabilitas pemberdayaan berkaitan dengan perubahan kebiasaan masyarakat yang tak bisa dihindari, terlebih pasca pandemi Covid-19.
BACA JUGA: Lebaran 2023: BRI Bagi-Bagi Bonus Spesial Paket Data dan Top Up Pulsa
Di sisi lain, kata Supari, peningkatan kapabilitas pemberdayaan tak hanya sekadar akses pasar secara digital, setidaknya ada tiga tahap yang harus diperhatikan, yakni pertama adalah literasi dasar yang di dalamnya mencakup inklusi keuangan dan manajemen keuangan dasar. Kedua adalah mendesain literasi bisnis.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News