GenPI.co Ntb - Nasib Inaq Silip jauh dari kata beruntung. Warga miskin asal Dusun Poen, Desa Batujai, Praya Barat, Lombok Tengah, itu hidup sebatang kara.
Suaminya meninggal beberapa tahun silam. Inaq Silip sebenarnya mempunyai anak perempuan.
Akan tetapi, kiwari anaknya sudah menikah dan tinggal bersama suaminya di Desa Puyung, Kecamatan Jonggat.
Inaq Silip pun harus menikmati masa tuanya dalam kesendirian. Wanita 80 tahun itu tinggal di rumah reyot.
Jarak rumahnya sekitar seratus meter dari kediaman Wakil Bupati Lombok Tengah Muhamad Nursiah.
Saat cuaca buruk melanda, Inaq Silip pun bergegas menuju rumah tetangga untuk mengungsi.
"Kalau hujan atau angin kencang, saya mengungsi ke rumah tetangga," kata Inaq Silip kepada GenPI.co NTB, Selasa (11/4).
Dia mulai merasakan kekhawatiran jikalau sewaktu-waktu rumahnya roboh. Sebab, kondisi kayu dan pagar sudah lapuk.
"Saya sangat berharap bisa mendapatkan bantuan rehab rumah," ujar Inaq Silip.
Berkali-kali rumahnya dicek dan dirinya dimintai kartu tanda penduduk (KTP). Namun, bantuan yang diharapkan tak kunjung datang.
"KTP saya sudah sering diminta, tetapi sampai sekarang belum ada bantuan rehab rumah," keluh Inaq Silip.
Di sisi lain, dia sangat bersyukur karena mendapatkan bantuan uang dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Menurut dia, selain uang pemberian anaknya, bantuan dari pemerintah juga dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Sebelumnya, Wakil Bupati Lombok Tengah Muhamad Nursiah tidak menampik masih banyak rumah tidak layak huni (RTLH) di wilayah yang dipimpinnya.
Pihaknya mengaku plafon anggaran yang ada saat ini tidak bisa menyelesaikan 28 ribu RTLH.
"Dalam setahun hanya bisa dianggarkan untuk 300 RTLH," kata Nursiah, Minggu (9/4). (*)