GenPI.co Ntb - Kehidupan Galang Maulana dan Wakil Bupati Lombok Tengah (Loteng) Muhamad Nursiah berbeda 180 derajat meskipun tinggal bersebelahan.
Sebagi wakil bupati, Nursiah bisa hidup berkecukupan. Galang tidak merasakan kemewahan itu.
Warga Dusun Karang Dalem, Desa Batujai, Praya Barat, Lombok Tengah, itu hidup dalam kondisi miskin.
Dia tinggal sendirian di rumah reyot yang dibuat dari kayu dan pagar. Galang juga putus sekolah.
Remaja 16 tahun itu tidak bisa menyelesaikan pendidikannya di bangku madrasah aliyah atau setara sekolah menengah atas (SMA).
Galang selama ini tidak diurus orang tuanya. Dia hanya diurus kakeknya, Amaq Hardi.
"Saya mau lanjut sekolah. Sekolah di mana saja saya mau," kata Galang kepada GenPI.co NTB, Sabtu (8/4).
Dia mengaku selama ini tidak pernah ada dorongan dari kakek maupun orang tua untuk melanjutkan sekolah.
Galang mengaku dalam sehari diberi uang saku Rp 2 ribu oleh kakeknya. Amaq Hardi sendiri mengaku terkendala biaya untuk menyekolahkan Galang.
Menurut Amaq Hardi, biaya untuk satu seragam sekolah saja mencapai ratusan ribu.
"Jika ada sekolah gratis, tidak masalah Galang melanjutkan pendidikan," kata Amaq Hardi. (*)