Mata Air Muallaf, Simbol Kerukunan Beragama di Lombok

30 Desember 2022 12:00

GenPI.co Ntb - Menjelang tahun baru, tim ekspedisi PDIP NTB dan Mi6 menggali simbol pluralisme dan keberagaman di Pulau Lombok.

Simbol tersebut, adalah Air Muallaf di Dusun Tragtag, Desa Batu Kumbung, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat.

Di sana, sumber mata air dari Pura Pancor Munjuk berpuluh-puluh tahun dialirkan untuk kebutuhan umat Islam.

Ketua Dewan Pembina Tim Ekspedisi, Rachmat Hidayat ikut turun langsung.

Di pura yang dibangun pada 1918 ini, terdapat sumber mata air Pancor Munjuk, yang kini disebut Air Muallaf.

Sumber mata Air Muallaf, berada bagian paling atas pura dan kini ditata, terlindungi dalam lingkaran beton.

Di dalamnya, air jernih terus mengucur dari dalam tanah semenjak pura itu dibangun satu abad silam.

Dari sini air dialirkan, melalui saluran yang dibuat khusus di bawah tanah ke dua kantung reservoar.

Air dibagi ke tempat pemandian umum, yang digunakan baik oleh warga Hindu maupun Muslim.

Di sini, reservoar dibuat mengalirkan air ke Masjid Hidayatul Islam yang berjarak 300 meter dari pura.

Air digunakan umat Muslim, untuk beribadah setiap hari berawal dari kesulitan air di masa lalu.

Saat Masjid Hidayatul Islam dibangun sederhana, tidak memiliki air bersih yang memadai.

Tokoh Hindu dan Islam kemudian berembuk dan sejak itu, air dari Pura Pancor Munjuk dialirkan ke masjid.

Semula dengan cara yang sederhana, baru pada 2016 sistem alirannya dibuat menjadi lebih baik.

"Kami Umat Hindu dan Islam di sini berasal dari leluhur sama," kata Ketua Kramaputra, I Made Putra Putra Usada.

Dahulu, saat pura dibangun pada 1918, empat orang leluhur mereka datang dari Karang Asem dan bermukim di sana.

Dari empat leluhur, jumlah warga terus lahir dan bertambah dan dalam perkembangannya, sebagian memeluk Islam.

Sebagian lagi tetap memeluk Hindu, bahkan pernikahan warga di antara kedua pemeluk agama juga terjadi.

Tak heran, kehidupan masyarakat di Desa Batu Kumbung begitu guyub dan rukun.

"Tradisi seperti ini sudah ada semenjak kami belum lahir. Ini adalah peninggalan leluhur," ujarnya.

Leluhur umat Hindu membuat aturan tegas, bahwa tidak boleh ada upacara yang menghadirkan daging babi di pura.

Di Pura ini, babi tak boleh ada, disembelih atau dagingnya diolah, dimasak, begitu juga disantap.

"Jadi kalau ada upacara, kami umat Hindu menyembelih kerbau," ungkap Made.

Tokoh Islam di sana, Tantowi menegaskan, dengan cara itu air yang mengalir dari pura ke masjid terjaga kesuciannya.

Sehingga, memenuhi kaidah dan unsur air yang suci menyucikan bagi umat Islam sesuai dengan kaidah fiqih.

Dia bersyukur, leluhur mewariskan turun temurun pentingnya toleransi, saling menghormati, meski berbeda keyakinan.

"Kami mengikuti apa yang sudah dilakukan para leluhur lebih dari satu abad," ucapnya.

Dewan Pembina Tim Ekspedisi, Rachmat Hidayat takjub atas komitmen tinggi masyarakat Muslim dan Hindu di desa ini.

"Mereka telah merawat keberagaman sedemikian indahnya," tuturnya.

Itu menjadi alasan dirinya, melabeli Desa Batu Kumbung sebagai taman sari keberagaman di NTB dan Indonesia.

“Bagi yang belum memahami arti pentingnya ke-Indonesiaan, datanglah belajar ke Desa Batu Kumbung,” terangnya.(*)

Redaktur: Zainal Abidin Reporter: Ahmad Sakurniawan

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co NTB