Mengenal Sekilas Seni Pepaosan Lombok Barat

06 November 2022 15:00

GenPI.co Ntb - Jika ke Lombok Barat, lalu menemukan acara pernikahan, sunatan, ritual menanam padi atau selamat dowong.

Maka Anda jangan heran, jika melihat satu tradisi yang hampir tetap dilakukan, yakni seni Pepaosan.

Seni Pepaosan, diperkirakan sudah berumur ribuan tahun atay ada sejak leluhur susu Sasak di Lombok Barat.

Pepaosan adalah tradisi membaca manuskrip berbahasa Kawi yang ditulis di atas daun lontar dari pohon siwalan.

Naskah ditulis dalam bahasa Kawi atau pengembangan bahasa Jawa Kuno yang mendapat pengaruh bahasa Sansekerta.

Biasanya tulisan yang dibacakan, berisi tentang riwayat Nabi Muhammad SAW dan para sahabat.

Suku Sasak menerima penyebaran bahasa dari Jawa, lalu disesuaikan dengan budaya setempat.

Penyebaran Hindu-Budha hingga Islam termasuk penggunaan bahasa Arab di Lombok Barat, ikut mempengaruhi.

Naskah sastra, yang ditulis di atas daun lontar tersebut biasa disebut Takepan.

Pepaosan dimainkan empat orang, mengenakan pakaian adat Suku Sasak. Orang pertama dinamakan pemaos atau penembang.

Orang kedua piteges atau penerjemah. Orang ketiga penyarub atau penyambung, dan keempat pemboa atau pendengar.

Seperti halnya kesenian lain, dalam Pepaosan sesajen yang ditempatkan dalam wadah dari kuningan.

Tembang dalam Pepaosan, sangat terikat dengan kaidah dan tidak bisa diubah menurut keinginan sendiri.

Dalam sastra Kawi, dikenal sebelas jenis tembang yang menggambarkan perjalanan hidup manusia.(*)

Redaktur: Zainal Abidin

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co NTB