Tradisi Tetulak Adalah Cara Warga Lombok Berserah Diri

31 Oktober 2022 18:00

GenPI.co Ntb - Semua tradisi adat peninggalan leluhur di Lombok, merupakan simbolitas penyerahan diri kepada Tuhan.

Simbolitas manusia berharap, dan memohon perlindungan dan keberkahan Allah sang pencipta alam.

Leluhur mengemas semuanya dalam simbol kuliner, permainan tradisional, kerajinan, dan kearifan lokal lainnya.

Salah satu tradisi religi tahunan, di kalangan umat Islam di Lombok ialah Tetulak atau kembali.

Tradisi Tetulak, memiliki makna pengembalian diri kepada Allah sang penguasa alam.

Dengan tradisi ini, manusia diingatkan jika tugasnya hanya beriktiar dan berdoa.

Sementara penentuan semuanya ada pada Allah, sang penguasa semesta.

Dalam prosesi Tetulak, penyerahan diri disimbolkan dengan Sonsonan atau bawaan di atas kepala.

Makna Sonsonan selain berserah diri, ialah manusia wajib bersyukur, bersedakah dan berbagi ke sesama.

Di Sonsonan ini, beberapa alat ritual seperti bubur puteq atau bubur putih dan bubur abang atau bubur merah.

Kedua bubur ini, memiliki makna asal-usul manusia diawali dari perkawinan.

Bubur putih adalah lambang bapak, bubur merah adalah lambang ibu.

Tradisi ini, juga digelar untuk memohon dijauhkan dari mara bahaya.

Dua jenis bubur ini dihidangkan pada hari pertama. Di hari kedua, hidangannya adalah serabi bekerem (berendam).

Ini lambang, dari adanya janin di dalam perut atau kehamilan buah hasil perkawinan.

Kemudian hari ketiga, adalah ketupat berukuran besar dan kecil.

Maknanya, manusia harus menerima segala apapun pemberian Allah dengan rasa syukur.

Hidangan hari keempat, adalah nasi di mana lauk-pauknya tidak boleh hewan atau makhluk bernyawa.

Ini dimaknai sebagai bentuk pengembalian diri, dan pembersihan hati dengan hidup secara apa adanya.(*)

Redaktur: Zainal Abidin

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co NTB