Makna Filosofi Ritual Roah Segare Warga Lombok Barat

30 Oktober 2022 21:00

GenPI.co Ntb - Adat dan budaya warisan leluhur warga Pulau Lombok, merupakan cermin cinta kasih dan rasa syukur kepada Tuhan.

Ritual adat maupun budaya, merupakan cara mensyukuri kemakmuran dan berdoa jauh dari malapetaka.

Salah satu ritual, simbol rasa syukur terhadap segala karunia Tuhan, ialah ritual Roah (syukuran) Segare (laut).

Ritual tersebut, tetap dilakukan setiap tahun pada bulan Muharram dalam penanggalan hijriah.

Nelayan di sepanjang Pantai Kuranji Desa Kuranji Dalang Lombok Barat, rutin menggelar ritual ini.

Prosesi Roah Segara, dimulai dengan pembacaan barzanji, selakaran, zikiran dan doa kepada Tuhan semesta alam.

Prosesi dilanjutkan, dengan mendoakan Dulang Penamat (sesaji), untuk kemudian dibawa ke bibir pantai.

Warga Desa Kuranji, mengumpulkan berbagai macam makanan di atas nampan bambu yang disebut penulang dulang.

Dulang tersebut, kemudian dilarung atau dilepas ke laut.

Proses larung, simbol rasa syukur nelayan Desa Kuranji dengan hasil laut yang melimpah.

Sisa makanan, kemudian dimakan bersama oleh warga dan semua pihak yang hadir dalam ritual ini.

Dalam prosesi Roah Segare, ada beberapa ketentuan adat yang harus dilakukan.

Seperti nelayan, tidak boleh melaut mencari ikan selama tiga hari setelah ritual Roah Segare.

Maknanya ialah memberi waktu laut memulihkan diri sejenak, setelah selama ini diambil hasilnya oleh nelayan.

Jika hal tersebut dilanggar, nelayan diyakini akan mendapat bala bencana.(*)

Redaktur: Zainal Abidin Reporter: Tommy Ardyan

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co NTB