Nyalamaq di Lauq, Cara Nelayan Lombok Timur Bersyukur

29 Oktober 2022 21:00

GenPI.co Ntb - Salah satu tradisi warga pesisir di Lombok Timur, yang sampai saat ini ada ialah tradisi selamatan laut.

Tradisi tersebut, bagi masyarakat Desa Tanjung Luar Lombok Timur dikenal dengan nyalamaq di lauq.

Ritual ini mengandung filosofi rasa syukur manusia terhadap kontribusi alam ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Selain itu, makna lain ritual ini ialah manusia dan laut ciptaan Tuhan harus bersahabat dan saling menjaga.

Sehingga kedua ciptaan Tuhan ini pun, bisa terus saling memberikan kontribusi.

Sebelum ritual, para tetua adat dipimpin sanro atau dukun memimpin pertemuan penentuan tanggal acara.

Meski kegiatan ini tahunan, bukan berarti tanggal dan bulan sama setiap tahun.

Para sanro harus melihat langit, seperti yang diajarkan para leluhur sejak dulu.

Beberapa malam sebelum tanggal ritual dimulai, para sanro mulai mengamati langit.

Tanda ritual, mulai harus bersamaan dengan kemunculan pupuru atau bintang sembilan.

Setelah terlihat, rangkaian ritual mulai dengan membentuk kepanitiaan dan perlengkapan disiapkan.

Panitia yang dibentuk, bertugas mencari perlengkapan ritual atas permintaan sanro.

Perlengkapan yang dikumpulkan tak boleh kurang, atau salah cara memasang maupun keliru menempatkan.

Keyakinan turun temurun, jika ada kesalahan ritual tak akan berjalan mulus atau bisa kena bencana.

Bendera yang disebut ula-ula kuning, memanjang dipasang di atas panggung menjulang tinggi.

Tidak boleh terlipat. Jika terlipat, konon bisa mendatangkan sesuatu yang tak baik.

Puncak ritual, nelayan mengawal pelarungan atau menghanyutkan kepala kerbau di tengah laut.

Saat melepas kepala kerbau, sanro merapal mantera meminta petunjuk di mana titik melepasnya.

Perahu-perahu nelayan lain mengawal dari depan, samping dan belakang.(*)

Redaktur: Zainal Abidin

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co NTB