Sekilas Soal Bekayat, Cara Orang Sasak Dahulu Dakwah

17 Oktober 2022 21:00

GenPI.co Ntb - Sampai saat ini, di Pulau Lombok banyak tersimpan ribuan naskah karya intelektual zaman dahulu.

Dari ribuan naskah itu, menunjukkan jika di Lombok aktivitas tradisi tulis telah ada beratus tahun lalu.

Mengutip dari majelisadatsasak.org, tradisi ini bukan hanya pada era awal Islam semata.

Melainkan, tradisi ini tumbuh dan berkembang dikalangan generasi masyarakat Sasak kemudian.

Selain kekayaan naskah, masyarakat Sasak juga memiliki kekayaan Bahasa yang digunakan dalam naskah tersebut.

Beberapa bahasa yang digunakan dalam penulisan naskah antara lain Sasak Sanskerta, Jawa, Bali.

Kemudian Melayu, dan arab bahkan ada beberapa Bugis.

Naskah Sasak ini, mencakup berbagai informasi penting dan bemacam bidang kehidupan seperti sastra, agama.

Kemudian sejarah, hukum, politik, adat istadat, farmakologi, prophesies dan lain sebagainya.

Tradisi pembacaan hikayat Melayu (Jawi) di Sasak dikenal dengan istilah Bekayat.

Naskah yang dibaca adalah hikayat seperti hikayat Nabi (Qishasul Ambiya), Qamaruzzaman Nabi bercukur.

Lalu Ali Hinafiyah, (yazid) dan lain sebagainya. Pembacaan hikayat ini disertai lagu dalam istilah Sasak disebut Kayat.

Kayat Sasak, sangat mirip dengan hikayat di Melayu. Pembacaannya membutuhkan penerjemah dan pendukung.

Pembacaan hikayat Melayu dalam bentuk syair disebut Nyair.

Kitab syair yang tekenal, di antaranya adalah Siti Zubaedah, Saer kubur dan Qammaruzaman.(*)

Redaktur: Zainal Abidin

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co NTB