Bejango Beleq Cara Warga Songak Pertahankan Tauhid

21 November 2021 10:00

GenPI.co Ntb - Belum lama ini, masyakarat Desa Songak, Kecamatan Sakra Lombok Timur menggelar ritual adat Bejango (silaturahmi) Beleq (besar).

Bagi warga setempat, bejango tak sekadar dilakukan sesama tetangga. Namun lebih dari itu. Warga rutin setiap Senin-Kamis bejango ke makam keramat di desa itu.

Bejango memiliki makna tersendiri bagi warga setempat. Bejango juga cara mereka untuk tetap mengingat hidup dan mati.

Adat Bejango Beleq yang diikuti semua lapisan masyarakat melewati beberapa proses, sebelum ke ritual puncak di makam keramat Desa Songak.

Prosesi diawali dengan warga berkumpul di masjid yang warga sebut dengan Bejango Bewaraq (pemberitahuan). 

Dulang (wadah makanan khas Sasak) pun dibawa ke dalam masjid. Dalam prosesi ini, ada dua jenis dulang yang dibawa warga.

Dulang pertama biasa disebut dengan Sesangan (simbolik). Isinya ada lima, tujuh dan sembilan seprangkat sirih, kemudian rokok klobot Gudang Garam.

Lalu ada Mpok-mpok (dibuat dari gabah yang digoreng), beras kuning, tembakau, korek kayu, kapur dan gambir.

Makna simbolik yang terkandung dari Sesangan ialah pelaksanaan tauhid yakni rukun islam dan rukun iman. Sementara dulang ke dua, ialah Sanganan (makanan).

Saat berkumpul di luar masjid, tabuhan musik tradisional gamelan dimainkan mengiringi ritual tersebut.

Setelah gamelan selesai ditabuh. Warga mulai masuk dengan berbaris ke masjid layaknya akan melaksanakan salat berjamaah.

Tak lama setelah itu, pemangku adat mulai berdzikir dan memanjatkan doa kepada sang pencipta, Allah semesta alam.

Setelah berdoa usai. tokoh desa diminta maju ke mimbar masjid dipandu tokoh adat untuk meminum dan membasuh muka dengan air yang tersedia di guci.

Seusai itu, warga keluar dan jalan menuju makam keramat yang disebut dengan Bejango Nyaur (bayar hutang). 

Prosesinya tak jauh beda seperti yang dilaksanakan di masjid. Perbedaannya hanya pada jalan mengelilingi makam.

"Ini merupakan ritual yang telah diwariskan sejak dari nenek moyang Desa Songak," kata Ketua Lembaga Adat Dharma Jagat Desa Songak Mastur.

Ritual Bejango, lanjutnya merupakan ritual yang telah ada sejak dulu yang menjadi warisan nenek moyang warga Desa Songak.

Ia menceritakan, dahulu salah seorang leluhur desa yang merupakan keturunan Kerajaan Lombok tinggal bersama suami dan sembilan anaknya.

Karena kedalaman ilmu agama, ia mampu berkomunikasi dengan dunia luar sehingga mengalami moksa.

Sebelum hilang, leluhur berpesan jika ada yang sakit, susah, bernazar dan terjadi balak (musibah) maka datang ke makam itu untuk bejango.

Mulai dari masjid terlebih dahulu lalu ke tempat ini (makam keramat). "Tradisi ini dilaksanakan dan dijaga sampai saat ini," ujarnya. (*)

Redaktur: Zainal Abidin

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co NTB