Mengenal Kiai Mas Mirah, Pendakwah Agama dari Lombok

27 Juli 2022 11:00

GenPI.co Ntb - Di Desa Mujur, Kecamatan Praya Timur, Kabupaten Lombok Tengah terdapat makam ulama yang sering didatangi peziarah. 

Pezirah tak hanya warga Lombok, bahkan banyak peziarah asal Pulau Jawa sering mengunjungi makam tersebut.

Makam tersebut diketahui merupakan makam Kiai Mas Mirah. Ulama yang menyebarkan Islam di Pulau Lombok.

BACA JUGA:  Simak Nih, 12 Calon Anggota Bawaslu NTB yang Lulus Tes Tulis

Berdasarkan informasi, Kiai Mas Mirah menyebarkan Islam sejak zaman Kerajaan Pejanggik.

Tim Ekspedisi Sejarah PDI Perjuangan NTB bersama Lembaga Kajian Sosial dan Politik M16 berusaha menguak kisah Kiai Mas Mirah menyiarkan Islam di tanah Lombok.

BACA JUGA:  Pemprov NTB-Unair Berkolaborasi untuk Pendidikan Vokasi

Tim Ekspedisi mengunjungi makam tersebut untuk menggali kepingan sejarah yang tercecer sebelumnya.

Generasi keenam keturunan Kiai Mas Mirah bernama Muhammad Amin dapat dijumpai.

BACA JUGA:  Nongkrong di Kafe Umami Mataram, Suasananya Asyik Lho

Dikatakan, makam Kiai Mas Mirah berada dalam satu lahat bersama ayahnya, Sayid Mutsana atau dikenal dengan nama Deneq Sadanah, yang merupakan seorang Demung di Desa Mujur yang diperintahkan oleh Kerajaan Pejanggik, kerajaan Islam di Lombok kala itu.

Kiprah Kiai Mas Mirah menyebarkan agama Islam di Pulau Lombok cukup berpengaruh.

Dia mulai menyebarkan Islam sekitar tahun 1700. Tak hanya di Pulau Lombok, bahkan dakwahnya disebut meluas sampai di Pulau Jawa.

Oleh karena itu, makam Kiai Mas Mirah bersama ayahnya sering dikunjungi peziarah dari Jawa.

Dalam berdakwah, Kiai Mas Mirah dikenal paling simpel dan mudah dicerna umat.

Bahasa dakwahnya paling populer di Lombok adalah kata-kata solah mu gaweq, solah mu dait, lenge mu gaweq, lenge mu dait, terjemahan bahasa Indonesianya baik anda kerjakan, maka baik pula yang anda dapatkan. Jelek anda kerjakan, maka jelek pula yang anda dapatkan.

Sayangnya, tak banyak peninggalan yang tersisa dari Kiai Mas Mirah. Bahkan silsilah lengkap keluarga kiai telah dimusnahkan saat penaklukan Lombok oleh penjajah.

Itu yang membuat kesulitan pihak keluarga mencari mata rantai silsilah.

"Peninggalan yang tersisa adalah bejana. Itu pernah didatangi Dinas Kebudayaan untuk didaftarkan menjadi situs purbakala," ujarnya.

Air yang dimasukkan dalam bejana tersebut diyakini dapat menyembuhkan orang sakit. Sehingga banyak masyarakat mengambil air pada bejana tersebut untuk pengobatan.(*)

Redaktur: Febrian Putra Reporter: Ahmad Sakurniawan

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co NTB