Peran Kerbau dalam Tradisi Masyarakat Sasak

24 Mei 2022 15:00

GenPI.co Ntb - Hewan ternak kerbau oleh masyarakat suku Sasak atau Lombok sering dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti halnya dalam membantu para petani membajak sawah.

Di Kecamatan Sambelia, Lombok Timur contohnya, peran kerbau dalam melakukan aktivitas bajak sawah tidak tergantikan sampai saat ini.

Mengingat, tekstur sawah yang ada di sana banyak terdapat bebatuan yang konon batu tersebut merupakan serpihan letusan Gunung Rinjani.

BACA JUGA:  Ada Pohon Kurma Menuju Bandara, Begini Pesan Gubernur NTB

Mesin traktor sekalipun tidak bisa menggantikan kerbau membantu petani membajak sawah.

Kerbau lebih banyak dilepas liarkan dibandingkan sapi. Sapi oleh peternak lebih sering dikandang atau dimanjakan.

BACA JUGA:  Gubernur NTB : Event Internasional Butuh Perhatian Serius

Selain itu, kerbau juga merupakan lambang status sosial kekayaan. Hal itu diukur dari seberapa ekor kerbau yang dimiliki.

Bahkan, untuk melamar anak gadis, kerbau adalah maharnya. Meski ada juga yang menggunakan sapi. Namun, kerbau masih menjadi ukuran untuk melamar hingga kini.

BACA JUGA:  Kisah Wali Nyatok Menyebarkan Islam di Pulau Lombok

Di bagian Bayan, Lombok Utara, masih menggunakan kerbau sebagai mahar atau pisuke.

Tidak hanya itu, ketika ada pelanggaran adat, kerbau jadi syarat untuk membersihkan diri dari pelanggaran itu.

Pihak yang melanggar adat akan dilakukan ritual yang disebut Nyalamaq Dilauq dan Rebo Bontong Tetulak Tamperan.

Dalam pelaksanaan ritual, kepala kerbau yang dilarungkan ke laut, bukan sapi.

Dahulu, para pengembala kerbau sudah punya jalur tersendiri dalam mengembala. Mereka sudah punya tempat menggembalakan kerbau lintas desa, kecamatan, bahkan kabupaten.

Di Pantai Kaliantan Lombok Timur sejatinya adalah ladang pengembalaan kerbau bagi warga selatan Lombok Timur dan Lombok Tengah.

Hutan Sekaroh di kawasan itu merupakan jalur pengembalaan kerbau sejak lama. Kerbau biasa diinapkan di sana, terutama ketika pakan di kampung halaman terbatas.

Namun, belakangan ini beberapa lokasi di kawasan itu diberikan pengelolaan kepada investor untuk dijadikan pariwisata. Kerbau pun dapat dikatakan korban pariwisata dan pembangunan.(*)

Redaktur: Febrian Putra Reporter: Ahmad Sakurniawan

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co NTB