Melihat Rumah Tradisional Sasak yang Kuat Hadapi Bencana

23 Mei 2022 09:00

GenPI.co Ntb - Bangunan yang berdindingkan bambu yang dianyam serta atap ilalang, tampak masih kokoh berdiri padahal di perut bumi bangunan itu telah terjadi pergerakan patahan berkekuatan 7 Skala Richter (SR) saat terjadi gempa bumi pada 2018.

Bangunan kokoh itu merupakan rumah adat Bayan di Kampung Adat Bayan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. Hal tersebut sekaligus bisa menjadi pengingat akan sejumlah kearifan budaya lokal yang berada di tanah "Bumi Gora".

Kearifan lokal yang turun temurun dan sudah terbukti keampuhannya alias bukan hanya dongeng menjelang tidur.

BACA JUGA:  Miris, Sungai Tanpa Jembatan di Pemoles Dekat KEK Mandalika

Soal kearifan budaya lokal dalam mitigasi bencana tersebut dituturkan oleh tokoh masyarakat Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah (Loteng) Lalu Sunting Mentas.

Dikatakan,kearifan budaya lokal dalam wujud konstruksi "rumah balai balak" harus dilestarikan dalam mengantisipasi ancaman gempa bumi.

BACA JUGA:  Ada Pohon Kurma Menuju Bandara, Begini Pesan Gubernur NTB

"Wilayah Indonesia yang terletak pada pertemuan tiga lempeng besar yaitu Pasifik dan Indo-Australia berdampak terhadap tingginya potensi bencana termasuk di wilayah NTB, sehingga diperlukan kearifan lokal seperti dalam konstruksi bangunan," katanya dilansir dari Antara.

Dijelaskan, peran kearifan budaya lokal dalam menghadapi atau memitigasi bencana ke depan sangat penting, karena konstruksi rumah suku Sasak pada zaman dahulu dirancang tahan gempa.

BACA JUGA:  Tim Puma Polres Loteng Ringkus Tiga Rampok di Jonggat

Terbuat dari kayu dan bentuknya yang lancip seperti rumah tani yang memiliki teras depan dan rumah balai balak.

Masyarakat dulu meyakini bahwa rumah mereka tahan gempa, hanya saja saat ini bahan bangunan tidak sekuat dulu, sehingga sering kebakaran, katanya.

Dengan adanya kemajuan zaman dimana konstruksi rumah masyarakat telah banyak berubah pada era digitalisasi saat ini, sehingga dirinya berharap pemerintah bisa melakukan kolaborasi konstruksi bangunan supaya tidak melupakan kearifan budaya lokal yang dikenal masyarakat zaman dulu tahan gempa.

"Sekarang banyak bangunan permanen yang dibangun warga, tapi tidak tahan gempa. Walau ada gedung besar yang dibangun, harus ada kearifan budaya lokal yang bisa dikolaborasikan," tutupnya.(*)

Redaktur: Febrian Putra

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co NTB