Lebaran Ketupat, Wujud Syukur Usai Puasa Syawal

08 Mei 2022 18:00

GenPI.co Ntb - Lebaran Ketupat atau kerap disebut lebaran topat oleh masyarakat Sasak merupakan tradisi satu kali dalam setahun. Tradisi makan ketupat bersama ini dilakukan seminggu setelah hari raya Idul Fitri atau puasa sunah.

Tokoh Budaya Lombok Tengah (Loteng) Lalu Putria menyampaikan pandangannya tentang tradisi lebaran ketupat.

Menurutnya, lebaran ketupat merupakan wujud syukur masyarakat yang melaksanakan puasa sunah 6 hari atau kerap disebut Puasa Syawal.

BACA JUGA:  Ini Agenda Khusus Perayaan Lebaran Ketupat di Loteng

"Menu utama dalam tradisi adalah ketupat. Ketupat merupakan makanan khas bangsa Sasak," katanya, kepada GenPi.co, Minggu (8/5).

Dijelaskan, bahan dasar ketupat adalah beras yang dibungkus dengan janur atau daun muda kelapa berbentuk segi empat.

BACA JUGA:  Lebaran Ketupat, BPBD Mataram Ingatkan Cuaca Buruk

Adapun filosofi dari segi empat ketupat menandakan empat penjuru angin. Empat juga meliputi unsur air, api, angin dan udara.

Oleh masyarakat Sasak, terdapat perbedaan tempat perayaan lebaran ketupat. Ada yang merayakan di pinggir pantai, sawah, masjid dan lainnya.

BACA JUGA:  Pantau Lebaran Ketupat, Ini yang Dilakukan BPBD Mataram

Khusus di Loteng, tahun ini akan digelar di Desa Lantan, Kecamatan Batukliang Utara. Sedikitnya, ada 800 tudung saji yang disiapkan.

Mantan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Loteng itu tidak mempermasalahkan adanya perbedaan tempat perayaan lebaran ketupat.

Pria yang dijuluki Datu Siledendeng itu mengungkapkan, perayaan lebaran ketupat tidak terlepas dari ajaran yang mengatur hubungan manusia dengan sang pencipta, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam.

"Masyarakat Sasak kental dengan tiga ajaran itu. Untuk itu, tradisi lebaran ketupat harus dilestarikan. Beda halnya dengan tradisi yang tidak sesuai dengan ajaran agama, sedikit demi sedikit akan dibuang," ujarnya.

Dia menilai, tidak ada ritual khusus dalam perayaan lebaran ketupat. Intinya, tradisi ini sebagai wujud syukur masyarakat yang melaksanakan puasa sunah.

"Tidak ada ritual khusus, sama saja. Cukup dengan doa sebagai wujud syukur kepada sang khalik," ucapnya.(*)

Redaktur: Febrian Putra Reporter: Ahmad Sakurniawan

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co NTB