Maleman, Tradisi Warga Lombok Sambut Lailatul Qadar

03 Desember 2021 15:00

GenPI.co Ntb - Ada tradisi unik di Pulau Lombok, setiap menjelang penghujung Ramadan. Tradisi ini biasa disebut Maleman (menerangi malam).

Maleman adalah tradisi turun temurun, yang dilakukan dengan menyalakan lampu Jojor atau dile Jojor.

Tradisi ini, bentuk suka cita masyarakat Lombok menyambut datangnya malam Lailatul Qadar dan Nuzulul Quran.

Dalam tradisi Maleman, warga tidak hanya menyalakan setiap sudut rumah mereka menggunakan dile Jojor.

Melainkan lampu yang terbuat dari buah jarak ini, ditancapkan ke setiap sudut pemakaman umum.

Tujuannya untuk menerangi kuburan keluarga mereka.

Masyarakat percaya, menerangi malam menggunakan dile Jojor akan semakin menumbuhkan niat dan keinginan untuk beribadah.

Tradisi ini biasa dilakukan malam-malam ganjil, di atas 20 Ramadan mulai 21, 23, 25, 27 dan malam ke-29.

Maleman juga dilakukan, sebagai manifestasi rasa syukur warga atas pertemuannya dengan bulan penuh rahmat tersebut.

Dile jojor dinyalakan setelah ibadah salat magrib. Dile Jojor adalah penerang orang dulu yang akan mengantarkan zakat fitrah.

Sebelum pembakaran dile Jojor dimulai, masyarakat biasanya menyiapkan makanan di atas dulang (wadah makanan orang Sasak).

Makanan ini nantinya, disantap bersama tokoh agama dan tokoh adat setempat waktu berbuka puasa di masjid.

Usai itu, warga kemudian melanjutkan dengan kegiatan melapaskan lantunan zikir dan ayat suci Alquran.

Setelah selesai, dilanjutkan dengan pembakaram dile Jojor.(*/berbagai sumber)

 

 

Redaktur: Zainal Abidin

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co NTB