GenPI.co Ntb - Wayang Sasak memiliki cerita berbeda setiap pertunjukan.
Penceritaannya terbagi menjadi tujuh dengan menampilkan tokoh yang berbeda-beda.
Jayengrana, berkisah tentang ungkapan isi hati sang tokoh. Berikutnya, Umarmaya, mengisahkan penggunaan akal untuk menimbang yang baik dan buruk.
Raden Maktal, menceritakan tentang pikiran dalam mempertimbangkan benar atau salah.
Taktanus yang merupakan simbol anggota tubuh sebagai pelaksana. Saktanus, kembaran Taktanus, yang tidak akan pernah mundur dalam menjalankan perintah apapun.
Umar Madi, mengisahkan tentang tokoh yang pemberani hanya jika kebutuhan pangannya sudah terpenuhi.
Alamdaur atau Patih Selandir, tokoh yang menggambarkan upaya melestarikan alam agar kehidupan dapat berjalan dengan seimbang.
Pakem pertunjukan wayang Sasak terdiri dari lima adegan.
Pertama, pengaksama, adegan pembuka yang berisi permintaan maaf kepada penonton apabila dalam membawakan lakon terjadi kesalahan dari sang dalang dan pengiringnya.
Kabar, adegan kedua yang mengisahkan tentang pra penciptaan semesta raya dan hanya ada Sang Pencipta.
Ketiga, ucapan, pemaparan lakon yang dimainkan.
Lelampan atau jalannya cerita dan bejanggeran atau penutup.
Pergelaran wayang Sasak awalnya menggunakan bahasa Kawi sehingga penontonnya mayoritas hanya para sepuh yang memahaminya.
Untuk menumbuhkan minat anak muda menonton wayang Sasak yang sudah meredup, banyak terobosan dibuat para dalang agar pergelarannya tidak membosankan.
Bahasa pengantarnya kemudian dicampur dengan bahasa Sasak dan bahasa Indonesia, bahkan seringkali muncul dialog antar wayang dalam bahasa Bali, Sunda, atau Jawa.
Lakonnya tidak lagi sebatas pakem Serat Menak, tetapi juga carangan atau rekaan yang bersumber dari karya pujangga Sasak masa lalu.
Unsur humor dari setiap lakon dibangun melalui tokoh punakawan bernama Amaq Ocong, Amaq Amet, Amaq Baok, dan Inaq Itet.
Tokoh punakawan seringkali ditunggu-tunggu oleh penonton karena guyonan-guyonan segar mereka, yang juga sangat membantu dalam menyampaikan pesan cerita ataupun kritik sosial.
Saat punakawan muncul seringkali juga diselingi nyanyian serta tarian.(*)