Peta Kapanca, Ritual Pernikahan Bima

21 Januari 2022 03:00

GenPI.co Ntb - Biasanya Tradisi Peta Kapanca ini dilakukan pada malam hari atau yang dilaksanakan satu hari sebelum prosesi akad nikah atau resepsi pernikahan.

Dalam bahasa Daerah Bima, “Peta” berarti melumat dan “Kapanca” berarti Daun Pacar.

Sehingga makna dari tradisi Peta Kapanca ini, yakni melumatkan daun pacar pada kedua telapak tangan calon pengantin wanita.

BACA JUGA:  Didatangi Presiden, Ibu Suinah Menangis Bahagia

Ini sebagai simbol bahwa calon pengantin wanita tersebut akan menjadi seorang istri dari calon pengantin lelaki yang telah meminangnya.

Dalam pelaksanaan tradisi Peta Kapanca ini, calon pengantin wanita sebelumnya melakukan beberapa rangkaian kegiatan.

BACA JUGA:  Nyongkolan, Upacara Wajib Pernikahan Sasak

Dijelaskan, saat pelaksanaan acara atau tradisi Peta Kapanca berlangsung ada juga rangkaian dengan lantunan syair dan zikir bernuansa Islami yang serentak dibacakan oleh para wanita yang hadir.

Hal itu dilakukan sebagai simbol pengharapan agar calon pengantin wanita selalu mendapatkan berkah dalam mengarungi bahtera rumah tangga yang telah mulai dibina.

BACA JUGA:  60 UMKM di Mataram Bakal Ikuti Bazar MotoGP 2022

Kaum ibu yang memiliki anak gadis yang belum menikah, biasanya saling berebutan telur yang telah dihias yang berbentuk rangkaian bunga sebanyak 99 butir.

Telur rias itu sebagai simbol dari Asma’ul Husna atau 99 Nama kebesaran Sang Maha Pencipta dalam kepercayaan Umat Islam.

Hal tersebut dilakukan agar anak gadis dari ibu-ibu yang mendapatkan telur tersebut akan secepatnya mendapatkan pasangan dan segera menikah.

Hingga saat ini, tradisi Peta Kapanca masih erat melekat dalam kehidupan masyarakat Bima pada umumnya, Peta Kapanca akan dipertahankan  sebagai warisan Budaya yang terus dilestarikan.(*)

 

Redaktur: Febrian Putra

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co NTB