Ngejot Simbol Penghormatan dan Silaturahmi Antar Warga

27 November 2021 11:00

GenPI.co Ntb - Pulau Lombok dikenal kaya akan tradisi dan budaya warisan leluhur.

Kearifan dan keagungan budayanya pun dikenal hingga mancanegara. Salah satu budaya warisan leluhur ialah Ngejot.

Ngejot adalah tradisi yang ada di Desa Lenek Kabupaten Lombok Timur (Lotim).

Ritual adat ini digelar untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri. Tujuannya memperkuat silaturahmi antar warga.

Sejak pertama kali digelar, lokasinya tidak pernah berubah yaitu di Lapangan Wirangbaya.

Ngejot sendiri merupakan tradisi tahunan yang mengusung kebudayaan dan religius masyarakat di Desa Lenek.

Prosesi ritual Ngejot pada dasarnya sama seperti sungkeman. Yakni bentuk penghormatan keluarga yang lebih muda kepada yang lebih tua.

Namun sungkeman dalam adat ini mempunyai ciri khas. Beda dari ritual serupa pada umumnya.

Adat Ngejot dimulai dengan berkumpulnya para peserta. Unik, dalam tradisi ini semua berasal dari kaum hawa, mulai dari para gadis hingga ibu-ibu.

Mereka datang membawa dulang atau biasa disembut sampak (wadah makanan khas Lombok), berisi berbagai makanan lebaran khas Desa Lenek.

Penutupnya menggunakan tudung merah yang biasa disebut tembolak.

Prosesi selanjutnya adalah penyerahan jot-jotan dari para pemuda kepada tetua desa.

Jot-jotan adalah nampan sajian berisi beragam makanan dan lauk pauk khas Desa Lenek.

Inilah yang membuat tradisi satu ini lantas dinamakan adat Ngejot.

Sebelum jot-jotan diserahkan, para tetua desa, tokoh agama dan tokoh masyarakat terlebih dahulu berwudu.

Setelah wudu, para pemuda mulai menyerahkan jot-jotan. Mereka bakal menghampiri sebuah tenda yang dibuat dari anyaman daun pohon kelapa atau pepaosan.

Prosesi ini merupakan simbol penghormatan sekaligus silaturahmi, dari para pemuda kepada warga desa yang lebih dewasa.

Ketua Rumah Budaya Paer Lenek Gunaraya menuturkan, Ngejot bisa dilakukan sebelum dan sesudah Idul Fitri.

"Memang dulunya sebagian besar melakukan Ngejot setelah Idul Fitri, dikarenakan dulu masyarakat tidak sesibuk sekarang ini," ujarnya, Sabtu (27/11/2021).

Pada perkembangannya, banyak masyarakat melakukan Ngejot pada sehari sebelum Lebaran.

Dengan alasan supaya setelah salat Idul Fitri bisa ke tempat keluarga dan kerabat yang lain.

Tujuan ritual ini, lanjut Gunaraya supaya tetangga atau keluarga yang belum mendapatkan rezeki pada hari itu bisa merasakan kebahagian di hari lebaran.

"Semangat berbagi dan silaturahmi itulah yang kemudian mau ditanamkan," ujarnya.

Setiap tahun, Rumah Budaya Paer Lenek menggelar Festival Ngejot. Festival Ngejot merupakan refleksi kearifan lokal.

Festival ini digelar sebagai moment untuk memperkenalkan tradisi dan budaya pada generasi selanjutnya. (*)

 

Redaktur: Zainal Abidin

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co NTB