Optimistis! Inilah 3 Kunci Pendorong Pertumbuhan BRI

06 September 2022 16:47

GenPI.co Ntb - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) atau BRI, optimistis potensi pertumbuhan ke depan yang didorong tiga aspek.

Pertama, sumber pertumbuhan baru yang jelas. Kedua, kapital cukup, dan ketiga likuiditas yang memadai.

Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan, melalui Holding Ultra Mikro (UMi), pihaknya memastikan sumber pertumbuhan baru terus bertambah.

BACA JUGA:  Beri Sumbangsih Masyarakat, Masa Pandemi Tertolong KUR BRI

"Sumber pertumbuhan baru dibangun melalui dibentuknya sinergi ekosistem ultra mikro dengan memasukkan PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM) dalam BRI Grup. Jadi, syarat pertama memiliki kejelasan sumber pertumbuhan baru," ujarnya dalam acara diskusi EMITALK BBRI 2022, Selasa (30/8/2022) malam.

Sebagai induk Holding UMi, per Juni 2022 terdapat 45 juta potensi nasabah ultra mikro yang dapat diberdayakan.

BACA JUGA:  Optimalkan Pemberdayaan, BRI Dukung UMKM Perluas Akses Pasar

Adapun d15 juta di antaranya, sudah dapat mengakses lembaga pembiayaan formal.

Kemudian syarat pertumbuhan kedua lanjut Sunarso, BRI memiliki kapital cukup.

BACA JUGA:  BRI Bawa Ikan Asap Iwaku ke Pasar Tong Tong Belanda

CAR bank terbesar di tanah air ini, per semester I-2022 sekitar 25 persen, naik 20 persen secara tahunan.

CAR atau Capital Adequacy Ratio, adalah rasio kecukupan modal menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi.

Menurut Sunarso, persentase CAR saat ini membuat posisi keuangan BRI aman sehingga punya keleluasaan menurunkan CAR dari level 25 persen saat ini ke level yang optimal di kisaran 16 persen-18 persen.

"Maka 2-3 tahun ke depan BRI tidak perlu menambah modal. Justru BRI perlu mengoptimalkan modal dengan bertumbuh," ujarnya penuh optimisme.

Lalu syarat pertumbuhan ketiga, adalah ketersediaan likuiditas yang mumpuni.

Dengan kecukupan likuiditas tersebut, BRI mampu menekan Cost of Fund (CoF) di kisaran 1,7 persen.

CoF tersebut merupakan yang terendah, setidaknya sejak 2019.

Pada 2019, angkanya sekitar 3,6 persen, pada 2020 ditekan menjadi 3,2 persen, dan pada 2021 sekitar 2,1 persen.

Sunarso mengungkapkan, hal ini menunjukkan transformasi BRI semakin kuat, terutama struktur liabilitas sehingga mampu mempertebal ketersediaan likuiditas.

Dividen dan Proyeksi Pertumbuhan

Direktur Keuangan BRI, Viviana Dyah Ayu memproyeksikan, pertumbuhan dalam 2-3 tahun ke depan setidaknya di kisaran 11 persen-12 persen.

Melalui asumsi ini, pada kurun 3-5 tahun ke depan BRI masih memiliki opportunity untuk memberikan dividen pay out ratio yang lebih tinggi dibanding dengan kondisi normal prapendemi.

"Tahun ini sebenarnya kami sudah memulai dividen pay out ratio cukup tinggi, yaitu kurang lebih 85 persen dari net profit di 2021. Artinya, setiap lembar saham itu menerima kurang lebih Rp 174," ungkapnya.

Dengan pertumbuhan di kisaran 11-12 persen, dan komitmen memberikan return optimal dalam 3-5 tahun ke depan, BRI masih memiliki potensi memberikan dividen di atas 70 persen.

Kinerja Solid

Senada, Direktur PT Indovesta Utama Mandiri, Rivan Kurniawan mengungkapkan, tak keliru jika BRI memiliki optimisme tersebut.

Menurut dia, dua tahun terakhir terutama pascapandemi kinerja BRI sangat solid.

"Dan saya melihat bahwa tren dari kinerja BBRI juga terus membaik pasca-pandemi," ujarnya.

Ada beberapa hal yang menjadi poin keberhasilan BRI, yaitu dari sisi loan dan financing.

Per kuartal II-2022, menurutnya loan dan financing BRI tumbuh sekitar 8,7 persen secara tahunan menjadi Rp1.104,8 triliun dari Rp1.015,9 triliun.

Lalu dari sisi penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), bertumbuh 3,7 persen secara tahunan menjadi Rp1.137 triliun.

Dari sisi profitabilitas, BRI sangat kuat. Net interest margin (NIM), kuartal II-2022 sekitar 8,24 persen meningkat secara tahunan dari 7,41 persen.

"Peningkatan NIM juga didorong dari fokus pertumbuhan segmen mikro dan ultramikro, serta efisiensi biaya bunga. Laba bersih juga tumbuh strong mencapai Rp24,9 triliun per semester I-2022, tumbuh sekitar 98,4 persen secara tahunan," jelasnya.

"Adapun Return on asset (RoA) juga bertumbuh 3 persen dan juga return on equity (RoE) bertumbuh 17,48 persen," lanjutnya.

Kemudian hal lain, yang juga disoroti adalah Fee Based Income yang naik sekitar 7,8 persen secara tahunan dari Rp8,16 triliun menjadi Rp8,79 triliun per kuartal II-2022.

Menurutnya, hal itu tak terlepas dari segmen e-channel dan deposit administration fee yang menjadi kontributor terbesar, yakni sekitar 41 persen untuk e-channel dan deposit administration fee sekitar 26 persen.(*)

Redaktur: Zainal Abidin

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co NTB