GenPI.co Ntb - Jajanan anak sekolah perlu memiliki standarisasi. Hal ini sebagai upaya menjaga dan meningkatkan kesehatan anak terhadap berbagai jajanan sekolah yang beredar.
Wakil Gubernur NTB Sitti Rohmi Djalilah mengingatkan pentingnya memperhatikan kesehatan jajanan.
"Bicara kesehatan untuk para pelajar, anak-anak NTB banyak yang anemia, rata-rata nggak sarapan, makan di sekolah, sehingga diharapkan kualitas jajanan sekolah di NTB dapat terstandardisasi dengan baik," katanya dilansir dari ANTARA.
Wagub menyampaikan ini saat bertemu Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di Mataram.
Menurut Wagub, anak sekolah masih mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan, sehingga membutuhkan konsumsi pangan yang cukup dengan gizi seimbang.
Penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecukupan energi dan protein untuk anak umur 7-12 tahun berkisar antara 71,6-89,1 persen dan antara 85,1–137,4 persen.
Namun data menunjukkan bahwa 44,4 persen dan 30,6 persen anak mengonsumsi energi dan protein di bawah angka kecukupan minimal (Riskesdas, 2010).
Untuk itu, ia menghimbau BPOM dapat bersinergi dengan seluruh pihak terkait agar dapat mengawasi jajanan sekolah.
"Harus dilakukannya kerja sama untuk bisa merumuskan pengawasan jajanan anak sekolah dari TK sampai SMA/SMK dan SLB se - NTB," kata Wagub NTB.
Ditambahkan, mengatakan apabila sudah ada standard maupun aturan maka para pedagang pasti akan menyesuaikan.
Kepala BPOM Mataram I Gusti Ayu Adhi Aryapatni mengatakan bahwa sejak tahun 2011 terdapat program nasional yaitu Pangan Jajanan Anak Usia Sekolah (PJAS), sebanyak 1.107 sekolah yang sudah diintervensi.
"Programnya sudah nasional yang PJAS, namun Bu Wagub meminta untuk lebih intensif lagi, karena baru 14,9 persen dari jumlah sekolah di NTB sehingga perlunya replikasi dan butuh sinergi dengan seluruh pihak," katanya.(*)