Kisah Legenda Peresean Selak Marong yang Jago di Arena

03 Juni 2022 14:00

GenPI.co Ntb - Jejak pertarungan khas Sasak yaitu Peresean sudah berlangsung sejak puluhan tahun silam. Dari penelusuran Lembaga Kajian Sosial dan Politik M16, ada salah satu legenda pepadu yang namanya hingga kini tetap disebut yaitu Selak Marong.

Direktur Lembaga Kajian Sosial dan Politik M16 Bambang Mei Finarwanto mengatakan, bersama politisi PDI Perjuangan Ruslan Turmuzi datang ke Desa Marong untuk mengetahui kisah pepadu yang melegenda ini.

Selak Marong merupakan pepadu yang sering berlaga pada tahun 1980an. Perawakannya tubuhnya besar, dengan mata yang melotot dan merah saat berada di arena yang menggetarkan lawan tandingnya. Karena itu dia dijuluki oleh penonton dengan nama Selaq Marong.

BACA JUGA:  Anomali Cuaca, Begini Peringatan BPBD Mataram

Tokoh masyarakat di Desa Marong, Amaq Buan, mengatakan Selaq Marong memiliki ilmu megat-male yang mematikan saat memukul lawannya. Dia selalu menang di arena dengan membuat lawannya sakit dan bahkan hingga meninggal.

"Sosok perawakan besar dengan mata yang melotot. Selaq Marong kalau Peresean matanya menjadi merah. Itu tanda ilmu megatmale sudah masuk," katanya, Jumat (3/6)

BACA JUGA:  Tiga Hari ke Depan NTB Masih Berpotensi Diguyur Hujan

Selaq Marong memiliki nama asli Haji Sriatun. Dia tutup usia pada 2020. Namun, ketangkasan saat menjadi pepadu di arena Peresean selalu dikenang orang.

Meskipun sangat kuat di arena, Selaq Marong memiliki pantangan saat bertanding. Dia tidak boleh bertarung siang hari.

BACA JUGA:  Melihat Gendang Peresean, Bangkitkan Semangat Pepadu

Entah apa alasannya, konon matanya yang besar dan melotot membuat dia kesulitan bertanding di siang hari. Sehingga dia selalu tampil sore hari.

"Jadi Selaq Marong tidak bisa bertanding siang hari. Karena matanya selalu melotot dan merah," ujarnya.

Amaq Buan mengatakan, ilmu megatmale yang dimiliki Selaq Marong didapat melalui mimpi. Dia tidak pernah berguru atau mencari ilmu untuk mendapatkan kesaktian.

Cucu keluarga Selaq Marong, Dayat, mengatakan kebiasaan Selaq Marong saat Peresean yaitu selalu memegang rotan bukan pada ujung atau pegangan rotan.

"Selaq Marong selalu memegang rotan  pada bagian sedikit di tengah. Beliau sebenarnya tidak terlalu seni saat bertanding. Tapi kalau serangan kena lawannya, bahaya," ujarnya.

Dayat mengatakan pernah terjadi keributan saat Selaq Marong Peresean di Masbagik Lombok Timur. Saat itu dia menyerang lawannya hingga meninggal. Itu membuat terjadi kericuhan di arena.(*)

Redaktur: Febrian Putra

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co NTB