Cerita Amaq Sinta Berduel dengan Empat Begal Bermodal Pisau

14 April 2022 16:00

GenPI.co Ntb - Murtede alias Amaq Sinta warga Dusun Matek Maling, Desa Ganti, Kecamatan Praya Timur, Kabupaten Lombok Tengah (Loteng) akhirnya keluar dari penjara Polres Loteng.

Dia pun menceritakan kisahnya melawan empat begal hingga membuat dua di antaranya tewas.

Sebelum berduel dengan empat begal, dia berencana menjenguk ibunya yang dirawat di salah satu rumah sakit di Lombok Timur.

BACA JUGA:  Amaq Sinta Jadi Tersangka, Puluhan Orang Gedor Polres Loteng

Saat itu, Amaq Sinta mengendarai sepeda motor dengan membawa nasi dan air hangat sebagai menu sahur untuk keluarga yang sedang menunggu ibunya.

Karena sudah larut malam, sekitar pukul 00.30 Wita, Amaq Sinta membawa pisau untuk berjaga jika terjadi sesuatu di jalan.

BACA JUGA:  Kapolres Loteng Berikan Penangguhan Penahanan Amaq Sinta

Setelah dia berada di jalan Desa Ganti arah ke Lombok Timur, tiba-tiba di belakanganya sudah ada empat orang dengan dua sepeda motor mengikuti.

Amaq Sinta pun diadang dan ditanya oleh salah satu begal. 

BACA JUGA:  8 Fakta Tentang Amaq Sinta Sang Pembunuh Begal

"Kamu mau ke mana?" kata begal.

"Saya mau ke rumah sakit," kata Amaq Sinta.

"Apa yang kamu bawa itu?" tanya Begal lagi.

"Saya membawa nasi dan air hangat," jawab Amaq Sinta.

Selesai bertanya, salah seorang begal pun menebas Amaq Sinta dengan parang dan mengenai bagian tangan.

Tidak terima atas perlakuan si begal, Amaq Sinta pun mengeluarkan pisau yang dia bawa.

Dia mengarahkan pisau ke bagian dada begal yang menggunakan baju warna hitam saat itu.

Dua begal lainnya mencoba mengeroyok Amaq Sinta. Satu begal lainnya hanya diam menunggangi motor. 

Merasa tidak akan menang melawan Amaq Sinta karena tak ada bekas parang di tubuhnya meski dilakukan serangan bertubi-tubi, begal pun mulai ketakutan.

Salah satu begal dengan baju warna kuning mencoba melarikan sepeda motor milik Amaq Sinta, tetapi berhasil dikejar dan ditikam di bagian belakang.

Akibat kejadian yang berlangsung pada Minggu dini hari (10/4) sekitar pukul 01.00 Wita, dua begal meregang nyawa.

Keesokan harinya, Amaq Sinta mulai dimintai keterangan oleh penyidik. Pada Selasa (12/4), Amaq Sinta ditetapkan sebagai tersangka.

Atas dijadikannya Amaq Sinta sebagai tersangka menyulut keprihatinan warga dan mereka pun melakukan aksi di depan Mapolres Loteng pada Rabu (13/4). 

Aksi yang digelar para aktivis senior dan beberapa mahasiswa itu berbuah manis. Kurang dari 1x24 jam akhirnya Amaq Sinta diberikan penangguhan penahanan oleh Kapolres Loteng. 

"Saya sangat berterima kasih atas kepedulian teman-teman aktivis dan awak media," katanya, kepada GenPi.co NTB, Kamis (14/4).

Amaq Sinta tidak bisa membayangkan jika tanpa dukungan warga Loteng, khususnya para aktivis dan awak media bisa jadi dia masih ditahan. 

Banyak warganet mengungkapkan keinginannya untuk berguru kebal ke Amaq Sinta. Ungkapan itu pun ditanggapi santai Amaq Sinta.

"Tidak ada minyak kebal segala. Adanya cuma minyak goreng dan itu saya pakai olesi badan yang masih terasa sakit akibat tebasan parang," kilahnya.(*)

 

Redaktur: Febrian Putra Reporter: Ahmad Sakurniawan

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co NTB