Makna Mandi Safar yang Dilakukan Suku Sasak

24 Februari 2022 03:00

GenPI.co Ntb - Bagi Masyarakat Sasak, pasti akrab dengan ritual Mandi Safar atau sering disebut dengan Rebo Bontong.

Mandi safar ini merupakan salah satu ritual budaya yang ada di Gumi Sasak Lombok.

Mandi safar ini, seperti namanya dilakukan pada Bulan Safar tepatnya pada hari Rabu akhir bulan tersebut.

BACA JUGA:  Tari Lenggo, Tarian Penyambut Tamu Kerajaan Bima

Dalam hitungan masyarakat Sasak, bulan-bulan yang ada pada penanggalan hijriyah disebut juga dengan istilah bulan atas. 

Masyarakat Sasak tradisi meyakini pada bulan Safar ini termasuk dalam kategori bulan keras bahle atau bulan roge reme.

BACA JUGA:  Tandang Mendet, Tarian Sakral dari Pulau Lombok

Secara keyakinan kosmologis mereka melakukan ritual ini dengan maksud untuk dapat mengurangi bahle atau segala bentuk keburukan yang akan merugikan manusia.

Pada ritual ini, masyarakat biasanya menyajikan bubur beaq dan bubur puteq atau bubur tepung campur gula merah.

BACA JUGA:  Festival Budaya Bima Cara Mencintai Budaya Daerah

Sajian ini merupakan simbolisasi kebersamaan masyarakat untuk melawan setiap bala bencana yang mungkin terjadi.

Simbol warna merah bagi masyarakat sasak ditandai seperti warna darah, maksudnya adalah adanya kesatuan darah yang dimiliki oleh masyarakat.

Selain itu warna merah juga diyakini sebagai perlambangan jasad atau badan kasar, dimana setiap diri manusia memiliki sifat-sifat yang perlu ditundukkan oleh hakikat didalam dirinya.

Sedangkan bubur puteq sebagai penetral akan kedirian manusia itulah juga sebagai anugrah sifat kebaikan diberikan kepada tiap-tiap diri.(*)

Redaktur: Febrian Putra

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co NTB