Karena tak ada satu pun tanaman yang tumbuh dan berkembang, otomatis mempengaruhi siklus kehidupan di sana.
Setelah itu, tetua di Bayan mendapat petunjuk lalu dibuatlah seruling.
Ketika seruling tersebut ditiup, rintik hujan pun turun.
Alat musik tiup ini, memiliki filosofi mendasar dan mulia yakni menggambarkan wujud manusia.
Bila seruling ini, tidak diberikan hembusan nafas, maka tidak menghasilkan nada-nada indah.
Begitu juga dengan manusia, bila raga tanpa atma atau roh, tentu tidak akan ada kehidupan.(Antara)
Simak video berikut ini:
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News
