Ingin Pulang, Tak Tahu Rumahnya Sudah Hancur

12 Desember 2021 13:00

GenPI.co Ntb - Puluhan anak berkumpul di tenda. Wajah mereka berseri. Tanpa dikomando mereka bersama-sama menyanyikan Salawat Nabi. Kompak dan merdu. 

Tak cukup disitu, mereka kemudian melanjutkan sama-sama membaca Salawat Burdah.

Di depan mereka silih berganti relawan membawa bantuan. Ada yang membawa air mineral, mi instan, tikar, selimut, pampers. Satu-persatu mereka diterima oleh penanggung jawab posko.

BACA JUGA:  Perumahan Bhayangkara Lombok Barat Tenggelam

Seperti inilah suasana di Dusun Batu Layar Utara. Dari Dusun ini ada sekitar 56 rumah yang terkena banjir bandang. 

Tak berapa lama muncul seorang ibu membawa jajanan. Mereka tertib di tempat duduk.

BACA JUGA:  TNI-Polri Bersihkan Sisa Banjir

Satu persatu menerima makanan ringan.

“Terima kasih, terima kasih,” satu persatu mengucapkannya.

BACA JUGA:  Kerugian Banjir Lombok Barat Diperkirakan Mencapai Rp 100 Miliar

Tak tampak raut sedih. Sepertinya anak-anak yang usia rata-rata empat sampai enam tahun ini belum sadar bila mereka sudah tak memiliki rumah.

Jika ditanya kemauannya apa, polos mereka menjawab ingin kembali ke rumah.

“Mau apa dik? Pulang om,” kata seorang bocah saat ditanya beberapa relawan.

Sekitar 40 anak di pengungsian ini ditinggal kepada para relawan. Para orang tua sibuk membersihkan sisa banjir bandang di rumah.

Melihat bekas banjir selain sisa lumpur, batu besar dan kayu besar menumpuk. Perabotan rumah yang terkena lumpur terserak di halaman rumah.

Meski warga dibantu TNI-Polri, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) provinsi dan kabupaten nampaknya masih butuh dua pekan untuk dapat kembali ditempati.

Suasana tak jauh beda terasa di Masjid Syiarul Islam, anak-anak pun menunjukkan kegembiraan. 

Saat relawan memberikan makan siang dan siang, mereka berjejer dengan tertib.

“Jangan rebutan, jangan rebutan,” kata seorang relawan.

Beberapa ratus meter dari lokasi,  puluhan rumah hancur dihajar oleh banjir bandang. Empat rumah tertimbun tanah. 

Kepala Dusun Kekait Daye Yusran mengaku tengah memutar otak untuk membersihkan rumah dari lumpur dan batu.

Rumah-rumah yang tertimbun ini perlu melewati jalan setapak. Tak memungkinkan alat berat mencapainya.

Pekan lalu bersama pendamping keluarga harapan (PKH) Kecamatan Gunung Sari Zainuddin,  GenPI.co NTB bertandang ke lokasi pengungsian. Melihat dari dekat korban banjir bandang, Senin (6/12) lalu. 

Lokasi pengungsian tak begitu jauh dari perbukitan. Sekelilingnya pepohonan rimbun, hamparan sawah luas.

Dapat dibayangkan bagaimana rasa dinginnya malam di pengungsian. Ditambah lagi saat hujan kembali turun. 

“Anak-anak ini menjadi prioritas di pengungsian yang ditangani pemerintah,” ujar Zainuddin.

Kedatangan Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini memang menginstruksikan khusus kepada Pemprov NTB maupun Pemkab Lobar memberikan perhatian khusus kepada anak-anak.

Mantan Wali Kota Surabaya ini meminta selain kebutuhan seperti selimut, ia meminta anak-anak untuk mendapatkan perhatian khusus, menghilangkan trauma pasca bencana.

Bukan itu saja, Risma juga meminta supaya lokasi mengungsi dipindahkan. Jauh dari perbukitan dan dibuat lebih nyaman.(*)

 

Redaktur: Febrian Putra

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co NTB