GenPI.co Ntb - Sebagian warga Gili Trawangan mengaku, menyayangkan kebijakan pemberhentian operasi PT BAL melayani air bersih.
Haris Andriawan, salah seorang warga Gili Trawangan mengaku menyayangkan PT BAL diberhentikan beroperasi.
Dia mengaku, sebelum PT BAL menyuplai air bersih harus membeli harga mahal, yakni per meter kubik Rp 70 ribu.
"Kami membeli air dari Pelabuhan Bangsal ke Gili," katanya kepada GenPI NTB, Minggu (25/9/2022).
Haris pun, mempertanyakan saat itu PDAM ke mana. Justru perusahaan swasta muncul membantu kebutuhan warga.
"Ada apa ini sebenarnya ini," ungkapnya.
Dia juga merasa curiga, ada niat yang disengaja untuk menghancurkan PT BAL hingga dilakukan segala cara.
Lebih mengherankan lagi lanjut dia, PDAM selaku perusahaan daerah justru mematok harga lebih mahal.
Baik itu untuk pemasangan kilometer maupun biaya air per meter kubiknya.
"Untuk pemasangan kilometer rumah tangga saja Rp 5,3 juta. Dulu kami di PT BAL Rp 700 ribu," jelasnya.
Dia pun berharap aspirasi warga Gili Trawangan, bisa sampai ke Presiden RI Joko Widodo.
"Yang menjadi korban ini bukan hanya warga Gili Trawangan, tapi juga Gili Air dan Meno," sebutnya.
Warga lainnya, Umar yang menetap di Gili Trawangan sejak 1980-an mengaku kecewa atas langkah ini.
Terlebih, harga yang ditentukan PDAM untuk pemasangan kilometer cukup fantastis baginya.
"Kami mau dapat uang dari mana dengan jumlah mencapai Rp 5,3 juta," keluhnya.
Dia menyebut, alangkah lebih bijak jika yang sudah pasang kilometer dari PT BAL tidak diganggu gugat.
Serta PT BAL, tetap dibiarkan beroperasi seperti semula menyiapkan air bersih.
"Biarkan kami warga memilih pakai pengelola sebelumnya atau PDAM," ungkapnya.
Diketahui PT BAL, yang bekerja sama dengan PT Gerbang NTB Emas (GNE) diberhentikan izin operasinya.
Suplai air bersih, dilakukan PDAM Dayan Gunung, yang bekerja sama dengan PT Tiara Cipta Nirwana (TCN).(*)