BRI Dukung Healty Snack Matoh Asal Bojonegoro Perkuat Ekspor

12 September 2022 19:54

GenPI.co Ntb - Berawal dari upaya meningkatkan economic value bahan pangan singkong, camilan keripik singkong, dengan brand Matoh asal Bojonegoro, Jawa Timur lahir pada 2013.

Kini Matoh pun, sudah menjadi produk ekspor dan turut meramaikan Festival Tong Tong di Belanda.

Matoh adalah, brand keripik singkong yang dibesarkan PT Paretu Estu Guna dengan enam varian rasa berbeda.

BACA JUGA:  Raih Berbagai Pencapaian, Bukti BRI Naik Kelaskan UMKM

Seperti Keju, Original Soya, Manis Asin, Sambal Purut, Balado dan Sea Salt.

Selain itu, dua bulan lalu Matoh merilis varian baru keripik ubi rasa Cinnamon.

BACA JUGA:  Kisah Sukses UMKM Solo Dibantu BRI, Akhirnya Tembus Belanda

Factory Manager PT Paretu Estu Guna, Muhammad Pujiono bercerita, dia merintis usaha dari mengubah gudang tembakau menjadi gudang tepung singkong gluten free.

Dengan pasokan dari petani singkong di daerahnya, pihaknya mencoba membuat keripik singkong dengan meningkatkan nilai ekonomi dari tanaman pangan tersebut.

BACA JUGA:  BRI Dukung Program Investasi, Masyarakat Bisa Beli SR017 via BRImo

Jatuh bangun menjalankan usaha, mendorongnya riset terhadap bibit singkong yang bagus sebagai bahan baku keripik.

Hingga pada 2013, pihaknya mendapatkan varian bibit singkong yang cocok dari Kalimantan untuk diformulasikan menjadi makanan ringan.

"Kami membuat singkong dengan value yang tinggi sebagai healthy snack dan hadirlah keripik singkong ini," ujarnya.

Selanjutnya, dia merasa terpanggil memberdayakan petani di wilayah Bojonegoro.

Pasalnya, banyak lahan pertanian di Bojonegoro gagal panen karena pengairan kurang, sedang singkong perawatannya mudah dan tidak memerlukan air banyak.

"Akhirnya kami kolaborasi dengan beberapa petani, kami memberikan bibit yang kami ambil waktu panen. Jadi, keripik singkong dengan brand Matoh merupakan bahasa lokal Bojonegoro artinya bagus, sip, atau top. Gudang pun kami ubah dengan konsep food grade," katanya.

Dalam pemasaran, pihaknya menjalankan berbagai strategi. Salah satunya mengikuti BRI UMKM EXPO (RT) BRILIANPRENEUR.

Diman itu ajang, mendorong pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) naik kelas dari BRI.

Pada ajang tersebut, dia juga mendapat kesempatan mengikuti Festival Tong Tong di Negeri Kincir Angin.

Pujiono bercerita, Matoh sudah diekspor sejak 2019 setelah rutin mengikuti program pelatihan ekspor dari pemerintah.

Sebelum pandemi Covid-19 melanda dunia, Pujiono mengatakan porsi ekspor Matoh mencapai 65 persen dari total produksi.

"Di dalam negeri, orang makan healthy snack itu masih relatif rendah. Matoh tidak ada pengawet, gluten free, tidak menggunakan pewarna, seasoning-nya sendiri dari rempah khas Indonesia yang menerapkan penanaman secara organik. Jadinya Matoh itu premium healthy snack. Enak tapi menyehatkan juga," ujar Pujiono.

Namun, ketika pandemi melanda porsi penjualan menjadi terbalik yaitu 65 persen untuk pasar lokal dan 35 persen ekspor.

Menurutnya, hal itu terjadi karena adanya lockdown di beberapa negara sehingga proses pengiriman menjadi terbatas.

Kendati demikian, hal itu tak menyurutkan pihaknya untuk terus memperluas pasar ekspor.

Rencananya Matoh akan melakukan ekspansi ke Kawasan Timur Tengah dan Afrika. Di sisi lain, pihaknya memprioritaskan Belanda sebagai tujuan ekspor berikutnya.

Belanda dinilai memiliki pasar yang tinggi, karena masyarakat Belanda lebih familiar dengan produk dan cita rasa Indonesia. Adapun saat ini, pasar terbesar Matoh di Tanah Air adalah Pulau Bali.

Dengan harga produk Matoh termurah Rp 13.000, Pujiono menuturkan produksi Matoh kini mencapai 25-30 ton atau 40.000-50.000 kemasan per bulan.

Dalam menjalankan usaha, pihaknya mempekerjakan sekitar 30 karyawan dan bekerja sama dengan sekitar 8 petani yang per orangnya mengelola ladang singkong 1,5-2 hektare.

Konsisten Edukasi UMKM Go Global

Direktur Bisnis Kecil & Menengah BRI, Amam Sukriyanto menjelaskan, pihaknya terus mengedukasi dan menyiapkan pelaku UMKM untuk mengembangkan pangsa pasarnya hingga ke mancanegara atau go global.

Amam menambahkan, perseroan juga melakukan strategi business matching mempertemukan konsumen (buyer) dari mancanegara dengan UMKM lokal.

Strategi ini dapat dilihat dari gelaran BRI UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR, ajang tahunan BRI untuk mendorong pelaku UMKM binaan BRI go global.

Di tahun lalu, ajang tersebut mencatatkan transaksi business matching hingga US$72,13 juta atau melampaui target perseroan yang telah ditetapkan sebesar US$65 juta.

Sebanyak 110 buyers, meramaikan ajang ini yang berasal dari 31 negara, termasuk Amerika Serikat, Uni Eropa, Timur tengah, hingga Australia.

"UMKM lokal memiliki potensi yang sangat besar dengan beragam keunikan serta produk yang disukai oleh berbagai konsumen dari berbagai negara. Untuk itu lah, kami coba berusaha mendampingi agar produk UMKM lokal ini memiliki kualitas terbaik dan selaras dengan kebutuhan pasar," tambahnya. (*)

Redaktur: Zainal Abidin

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co NTB