GenPI.co Ntb - Akhirnya Deddy AZ yang namanya kerap disebut dalam pusaran dugaan fee transfer terkait dana alokasi khusus atau DAK di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) NTB berkenan angkat bicara.
Deddy mengatakan, kontaknya yang mendadak tidak aktif setelah menerima pesan instan dari wartawan media ini pada 20 Juli lalu, karena nomornya sudah mati dan hanya bisa dipakai WhatsApp saja.
"Saya coba masukkan lagi tapi tidak bisa. Jadi tidak bisa konfirmasi karena kalau daftar WhatsApp lagi harus masuk SMS," katanya.
Deddy menjelaskan, bukti transfer dengan nominal Rp10.000.000 yang ditujukan untuk M Samsul Qomar dengan tertulis tambahan fee SMAN 1 Jonggat, memang benar dia kirim.
Saat itu Qomar mengaku sedang butuh uang.
"Saya biasa kirimkan dia uang karena kami sudah lama berteman," katanya, kepada GenPi.co NTB Minggu malam (7/8).
Terkait dengan tulisan fee SMAN 1 Jonggat, dia mengaku hanya bercanda.
"Kebetulan DAK ini sedang ramai diperbincangkan dan saya iseng saja menulis fee SMAN 1 Jonggat karena memang dia orang Jonggat," akunya.
Secara kebetulan SMAN 1 Jonggat yang disebut oleh Deddy ini memang tengah menerima DAK fisik untuk pembangunan ruang kelas baru (RKB) beserta perabotnya sebesar Rp 1.148.200.000.
Kemudian, pembangunan ruang perpustakaan beserta perabotnya sebesar Rp 230.657.000 dan pembangunan ruang tata usaha beserta perabotnya Rp 221.997.000.
Soal pengakuan Qomar yang menyebut salah kirim, Dedi kembali menegaskan, karena bahasa fee itu Qomar merasa salah kirim.
"Dia menyebut salah kirim karena Pak Qomar tidak mungkin terima fee proyek," jelasnya.
"Itu bahasa candaan sebenarnya sebagai sesama kawan. Tapi supaya tidak berlanjut menjadi salah tafsir oleh banyak pihak, dia kembalikan lagi dana itu ke saya," tambahnya.
Oleh sejumlah sumber, khususnya di wilayah Kabupaten Lombok Tengah, nama Deddy paling sering disebut terkait dengan DAK.
Posisi Deddy sendiri, merupakan salah satu pemegang posisi strategis di PT Gerbang NTB Emas (GNE) yang merupakan badan usaha milik daerah.
Deddy pun diduga menjadi jembatan antara Kabid SMK Dikbud NTB M Ikhwan dengan para penyuplai material DAK.
Disinggung soal kantornya dengan urusan DAK Dikbud NTB ini, Dedi menyebut, memang ada kerjasama.
"Kebetulan kami di perusahaan daerah punya unit bisnis untuk bahan baku material seperti pasir, batu, baja ringan, mebler dan beberapa unit kaitannya dengan pembangunan," ungkapnya.
Disampaikan, dari perintah pimpinannya di perusahaan dia diminta untuk menawarkan orang yang mungkin dapat pekerjaan supaya bisa suplai material.
"Akhirnya kami cari tahu dan bertemu beberapa orang yang informasinya sedang mengincar pekerjaan ini (DAK)," imbuhnya.
Sebenarnya, lanjut dia, DAK ini tidak bisa diatur orang swasta dan itu murni dinas dan sekolah yang mengatur.
Ditanya terkait komunikasi dengan Ikhwan, dia mengaku secara pribadi tidak pernah koordinasi.
"Kalau perusahaan pernah koordinasi tapi kalau saya pribadi tidak ada," imbuhnya.
Deddy pun menyebut tak tahu menahu dengan Robihatul Khairiyah yang juga menjadi perhatian karena adanya bukti transfer fee.(*)