GenPI.co Ntb - Ketika masyarakat suku Sasak meninggal, maka selama sembilan malam akan dilakukan tahlilan di rumah duka.
Pada malam Nyiwaq atau malam kesembilan masyarakat Sasak meninggal, tamu berbondong-bondong mengunjungi rumah duka untuk membacakan doa.
Biasanya, para tamu yang datang akan disuguhkan makanan untuk disantap langsung di rumah duka.
Berbagai persiapan dilakukan pihak keluarga mulai hari ketiga hingga ketujuh.
Persiapan pertama adalah menyiapkan kayu bakar dengan menebang pohon.
Kemudian, pembuatan tetaring yang terbuat dari daun kelapa yang dianyam dan digunakan sebagai tempat para tamu undangan duduk bersila.
Selanjutnya, penyerahan bahan-bahan begawe dari epen gawe (yang punya gawe) kepada inaq gawe. Penyerahan ini dilakukan pada hari ketujuh.
Dulang inggas dingari, disajikan kepada penghulu atau kyai yang menyatakan orang tersebut meninggal dunia. Dulang inggas dingari ini harus disajikan tengah malam pada hari kesembilan.
Dulang penamat, adapun maksudnya simbol hak milik dari orang yang meninggal semasa hidupnya harus diserahkan secara sukarela kepada orang yang berhak mendapatkannya.
Semua keluarga dan undangan dipimpin oleh Kyai melakukan doa selamatan untuk arwah yang meninggal agar diterima Tuhan Yang Maha Esa, dan keluarga yang ditinggalkan mengikhlaskan kepergiannya.
Dulang talet mesan (penempatan batu nisan), dimaksudkan sebagai dulang yang diisi dengan nasi putih, jajan dan lauk.
Dulang talet mesan dipergunakan sebelum nisan dipasang oleh Kyai yang memimpin doa yang kemudian dulang ini dibagikan kepada orang yang ikut serta pada saat itu.(*)