GenPI.co Ntb - Desa Mareje, Kabupaten Lombok Barat sudah cukup lama dikenal dengan kerukunannya. Antara umat Budha dan Islam duduk berdampingan. Namun, Selasa malam (3/5) suasana disana ricuh karena ada pembakaran rumah.
Ketua DPRD Kabupaten Lobar Hj Nurhidayah mengatakan, kondisi terkini kedua belah pihak sepakat berdamai. Sama-sama menahan diri.
"Saya mendapat kabar sudah ada perjanjian damai. Situasi sudah kembali damai," katanya.
Seperti diketahui, ricuh yang terjadi di Desa Mareje membuat warga bersitegang. Selain terjadi baku pukul, enam rumah pun sampai dibakar.
Personel dari Polda NTB dan Polres Lobar turun untuk mendinginkan situasi. Mediasi melibatkan tokoh agama, tokoh masyarakat, dan kepala desa pun dilakukan.
Politisi Partai Gerindra ini mengungkapkan, kerukunan di Desa Mareje sudah bertahan cukup lama. Masyarakat terbiasa hidup dengan perbedaan. Kericuhan tersebut tentu menjadi instropeksi bersama.
"Saya khawatir ada pihak-pihak yang sengaja menyulut pertikaian. Memanaskan situasi," sambungnya.
Dia pun mengingatkan, tentang pluralisme di Kabupaten Lobar, antar agama dan golongan baik Islam, Hindu, Budha, maupun Kristen sudah terbiasa bahu-membahu. Kerukunan ini harus tetap dipupuk bersama.
"Kejadian Mareje ini saya anggap warning. Alarm supaya kita mengingat pentingnya kerukunan," bebernya.
Politisi asal Gunung Sari ini melanjutkan, pemerintah daerah melalui pemerintah desa maupun dusun harus mulai menggecarkan sosialisasi tentang semangat kerukunan.
Dia akan membahas ini secara khusus dengan Bupati Lobar, supaya kejadian antar umat beragama di Desa Mareje tak terulang lagi.
"Kita harus serius mengeliminir potensi konflik antar umat. Karena daerah ini (Lobar) telah lama dikenal sebagai daerah yang damai," tutupnya.(*)