GenPI.co Ntb - Afiliator trading atau akrab di publik dengan sebutan crazy rich yang diamankan oleh Bareskrim Mabes Polri dikomentari Ketua Organisasi Internasional Alumni Al Azhar (OIAA) Cabang Indonesia TGB HM Zainul Majdi.
TGB khawatir masyarakat Indonesia khususnya generasi muda di Indonesia terseret pada cara pandang yang salah.
Pola yang dilakukan oleh afiliator untuk mendapat keuntungan, mereka memanfaatkan trend untuk mendapatkan sesuatu dengan instan tanpa melalui proses yang baik.
“Sudut pandang bahwa kredibilitas atau status sosial itu ditentukan dari materi,” katanya, Senin (14/3) di Jakarta.
Di dalam penjelasan Nabi Muhammad, ketika berbicara kekayaan, jangan semata mengukur dari material atau kekayaan finansial.
“Ada yang lebih esensial, ketenangan hati, kenyamanan dalam kehidupan. Ketenangan jiwa dan batin, serta rasa kecukupan dalam setiap keadaan.
Dalam konteks agama dan nilai budaya yang tumbuh di tengah masyarakat, sambung TGB, fenomena ini dapat diredam dengan memanfaatkan nilai agama dan budaya.
Hal lain, kata Doktor Ahli Tafsir ini, sikap takabur dan riya ini akan membawa kepada kehancuran. Konteksnya bukan hanya individu. Ini juga umat dan bangsa.
Dia mengajak segenap elemen bangsa membangun peradaban yang maju dan rendah hati. Peradaban yang tak hanya mengedepankan material yang menyebabkan kesombongan. Jangan sampai seperti kisah Qarun seperti yang ada di dalam Alquran.
“Peradaban yang terlihat kasih sayang dan nilai kemanusiaan, Itu yang diharapkan para pendiri bangsa. Yang terkandung dalam Pancasila itu lebih dalam ketimbang kemajuan material dan fisik,” imbuhnya.
Seperti diketahui, afiliator trading belakangan kerap memamerkan kendaraan mewah, rumah, dan segala macam yang dikenakan di ruang publik. Ini seperti yang dilakukan oleh Indra Kenz atau Doni Salmanan.
Ada pula afiliator lain yang kerap membuang barang-barang mewah atau membakarnya dengan tujuan mendapat perhatian publik.
Aksi yang kerap dimunculkan di postingan media sosial yang memiliki ratusan ribu follower ini pun sering mengundang pro dan kontra.(*)