Anak Muda Ini Ingatkan, Digitalisasi Mengancam Tenaga Manusia

28 Februari 2022 06:30

GenPI.co Ntb - Juru Bicara Lombok FC Rannya Agustyra Kristiono mengingatkan perkembangan digitalisasi dapat menggerus tenaga manusia.

Dia pun mendorong supaya meningkatkan skill dan kemampuan di era disrupsi.

“Pekerjaan yang paling rentan digantikan oleh automasi adalah pekerjaan fisik. Tapi, mereka yang membekali diri dengan keterampilan khusus akan bertahan di pasar kerja,” katanya di Lombok Tengah (Loteng), Minggu (27/2).

BACA JUGA:  Mantap, Lombok FC Bermitra dengan Mills Apparel

Hal ini disampaikan Rannya di hadapan para pengurus dan anggota Asosiasi Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dan Organisasi Siswa Intra Madrasah (OSIM) se Kabupaten Loteng.

Dalam pertemuan ini hadir juga sebagai pembicara dalam seminar tersebut Ketua Yayasan HBK PEDULI Ali Al Khairy dan Kepala UPTD BLK Disnakertrans Lombok Tengah Dedet Zelthauzallam.

BACA JUGA:  Lombok FC Membuka Rekrutmen Pemain

Seminar digelar di auditorium SMKN 1 Praya dan dibuka Ketua APOLO Junardi Tastura.

Rannya menegaskan, disrupsi ketenagakerjaan telah menjadi perhatian dunia industri secara global.

BACA JUGA:  HBK Terkejut Ratusan Anak Muda Tertarik Gabung ke LFC

Di negara maju, automasi dan digitalisasi telah menyebabkan banyak tenaga kerja yang kini digantikan oleh mesin.

Namun tantangan sesungguhnya akan dihadapi negara berkembang, mengingat pada saat tren automasi dan digitalisasi tersebut terjadi, negara berkembang justru sedang menghadapi era bonus demografi dimana penduduk usia produktif justru sedang mendominasi.

Karena itu, dara yang masih menempuh pendidikan di Brunell University London, Inggris ini mengajak seluruh generasi milenial NTB untuk menyiapkan diri.

“Era disrupsi ini tak bisa dihadapi dengan cara-cara konvensional,” tandas Rannya.

Merujuk pada penelitian McKinsey Global Institute, diperkirakan pada tahun 2030, sedikitnya akan ada 375 juta jenis pekerjaan yang akan digantikan oleh mesin.

Rannya memastikan, dengan daya dukung kreativitas yang tinggi, usaha-usaha kecil dan menengah dan usaha-usaha yang bergerak di sektor pertanian akan tetap eksis, kendati tetap butuh penyesuaian dan adaptasi.

“Kita harus memanfaatkan segala kesempatan yang kita punya. Kita nggak boleh putus asa. Apapun background kita, semua kita harus tetap semangat. Kesuksesan bisa dimiliki semua orang,” tandas Rannya.

Dalam sesi tanya jawab, mengemuka pula sejumlah hal. Antara lain tentang bagaimana generasi muda bisa tetap menjaga jati diri di tengah perkembangan informasi dan teknologi yang sangat pesat saat ini.

Rannya menekankan pentingnya generasi muda NTB untuk berpikiran terbuka.

Globalisasi bukanlah alasan untuk meninggalkan tradisi dan jati diri sebagai masyarakat Bumi Gora. Namun, sebaliknya, globalisasi harus menjadi alasan untuk mempertahankan jati diri dan tradisi budaya tersebut.

Dia memberi contoh bagaimana masyarakat di Bali tetap menjaga jati diri mereka, meski Bali adalah rumah kedua bagi jutaan wisatawan asing dari berbagai negara.

Eksistensi tradisi dan jati diri masyarakat Bali justru telah menjadi kekuatan yang menjadi alasan wisatawan mancanegara untuk datang ke Pulau Dewata.(*)

Redaktur: Febrian Putra

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co NTB