GenPI.co Ntb - Harga minyak goreng di Kabupaten Lombok Tengah (Loteng) belum terkendali.
Pasalnya, tiap pasar harga yang ditawarkan berbeda-beda.
Selain harga yang tak terkendali, stok minyak goreng juga banyak dikeluhkan lantaran masih langka.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Loteng Suhartono mengaku, sudah berupaya maksimal menekan lonjakan harga hingga kelangkaan minyak goreng.
Bahkan, pihaknya sudah melakukan gerakan pasar murah, namun lonjakan harga minyak goreng sulit dikendalikan.
"Tingginya harga minyak goreng ini terjadi skala nasional," katanya, kepada GenPi.co NTB, Jumat (25/2)
Meski begitu, pihaknya masih terus berusaha agar warga bisa mendapatkan minyak goreng dengan mudah dan harga yang murah.
Salah satu solusi yang akan dilakukan adalah menggelar kembali pasar murah.
"Kami baru menyasar dua kecamatan, tinggal 10 kecamatan," ujarnya.
Untuk merealisasikan itu, pihaknya akan berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi NTB.
"Surat sudah kami layangkan dan masih menunggu apa yang menjadi hasil Pemprov NTB," jelasnya.
Suhartono mengaku, membutuhkan waktu agar harga minyak goreng ini bisa diterapkan sesuai harga eceran tertinggi (HET) yang sudah ditetapkan pemerintah.
Sebenarnya, kata dia, Menteri Perdagangan sudah menjamin dari 1 Februari bahwa HET minyak goreng Rp 14 ribu tiap kilogram.
Namun, hal itu belum bisa terjadi di Loteng, bahkan di daerah-daerah lain di Indonesia.
Disebutkan, saat ini harga minyak goreng di pasar tradisional bervariasi, mulai dari Rp 16-18 ribu tiap kilogram.
Persoalan tersebut menurutnya, sangat sulit diintervensi agar semua pasar menyamaratakan harga.
Meski begitu, pihaknya aktif standby di lapangan untuk melakukan monitor terhadap para pedagang. Saat ini stok minyak goreng di sejumlah pasar kosong.(*)