GenPI.co Ntb - Setelah sebelumnya diluncurkan pada penutupan Muktamar I Nahdlatul Wathan Diniyyah Islamiyah (NWDI, Buku Tuan Guru Bajang (TGB) dan Covid-19 dibedah di Nostalgic Kafe, Selasa (1/2).
Wakil Gubernur NTB Hj Sitti Rohmi Djalilah dalam sambutannya dalam bedah buku mengatakan, buku ini dapat dijadikan ikhtiar untuk menjernihkan perdebatan di tengah masyarakat.
“Semoga dengan bedah buku ini dapat menjadikan pelajaran buah pemikiran dari Tuan Guru Bajang. Dan isi-isi dakwah beliau dapat tersebar luas,” katanya, Selasa (1/2).
Buku yang ditulis oleh Febrian Putra ini, lanjut Cucu Pahlawan Nasional TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid ini, menjabarkan sejumlah perdebatan soal pandemi covid-19.
Perdebatan saat itu memunculkan tentang pandangan keagamaan.
“Dari pandemi itu, Tuan Guru Bajang memberikan pandangan sesuai dengan tuntunan agama,” sambungnya.
Terjadinya Covid-19, diakui oleh Wagub, bukan sesuatu yang terjadi setiap tahun. Momen yang langka.
“Jadi memang harus banyak kita belajar dari apa yang terjadi saat ini," tegas Rohmi.
Ketua DPW Partai Nasdem NTB ini menambahkan, Tuan Guru Bajang menurutnya satu dari sedikit ulama maupun pemimpin yang konsisten di masa pandemi.
Konsistensi itu tak hanya ditunjukkan dari sisi pandangan, namun ditunjukkan dalam bentuk sikap.
Tuan Guru Bajang dinilai tidak tergoyahkan oleh persepsi masyarakat, tidak tergoyahkan oleh keadaan di sekitar.
"Jadi konsisten dakwah beliau menyelamatkan umat. Kekonsistenan dan keistiqomahan ini yang betul-betul harus menjadi pembelajaran bagi kita semua," imbuhnya.
Tuan Guru Bajang, ujar Rohmi, memberi teladan bagaimana meletakkan segala hal secara proporsional.
Rohmi menyebut bahwa menghimpun pemikiran Tuan Guru Bajang bukanlah pekerjaan yang mudah.
Penulis, kata Ummi Rohmi sapaan akrabnya, telah melakukan sesuatu yang tidak banyak orang dapat melakukannya.
"Saya tahu itu tidak gampang, tetapi bagi TGB di dalam kiprah dakwah beliau, beliau tidak pernah goyah," ujarnya.
Buku "Tuan Guru Bajang dan Covid-19" memberikan edukasi demi kemaslahatan umat.
“Supaya masyarakat kita mengerti, seperti apa panduan agama yang tepat,” tutupnya.(*)