GenPI.co Ntb - Kandidat Ketua DPD Partai Demokrat NTB Indra Jaya Usman Putra atau akrab disapa IJU menyebut, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) semakin populis di masyarakat.
IJU menyebut, gagasan-gagasan yang disampaikan oleh AHY semakin membumi.
“ Dari hasil survey sendiri menunjukkan Ketum AHY ini elektoralnya terjaga dengan baik,” katanya pada GenPI.co NTB, Kamis (13/1).
IJU melansir hasil survey Indikator Politik, AHY menjadi satu-satunya tokoh nasional non pejabat publik yang masuk dalam empat besar kandidat capres dengan elektabilitas 6,8 persen.
Survei nasional Indikator Politik Indonesia yang dirilis hari Minggu, 9 Januari 2022 lalu.
Hasil yang mirip, kata IJU, Hasil survey yang dirilis oleh Indonesia Elektions and Staregic (IndEX) Research menunjukkan elektabilitas AHY mencapai 5,3 persen.
Masih dari Indikator Politik, AHY masuk posisi tiga besar kandidat Cawapres dengan 12 persen, serta dua besar dalam elektabilitas Ketua-ketua Umum Parpol sebagai kandidat Capres.
Iju menyebut, ada kenaikan signifikan dari hasil survey November lalu. Saat itu elektabilitas AHY mencapai 4,8 persen dan berada pada peringkat enam calon presiden.
Sebagai calon wapres, elektabilitas Ketum AHY berada pada 9 persen, berada pada peringkat lima besar.
Bagi IJU Dengan posisi AHY di empat besar survei capres ini menjadi booster sekaligus tantangan bagi kader Partai Demokrat.
“Menjadi pemacu semangat untuk terus bergerak melakukan kerja politik yang benar dan tepat,” imbuhnya.
Jebolan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini melanjutkan, kader-kader Partai Demokrat kian semangat untuk merealisasikan program ketua umum.
Capaian hasil survey ini menjadi tantangan bagi kader supaya tak terlena dengan hasil survey.
“Menjadikan hasil survey ini sebagai panduan supaya dapat bekerja lebih keras lagi,” imbuhnya.
AHY, kata IJU, dipandang oleh publik sebagai sosok muda, cerdas, santun, berani, serta moderat. Ide besar mendorong kreativitas dan kerja nyata kian menyentuh kalangan muda.
Kesadaran pada kemajuan teknologi, kepedulian kepada lingkungan menjadi trademark tersendiri.
“Ini semacam angin segar politik di Indonesia yang berkutat pada polarisasi politik identitas,” tutupnya.(*)